Sponsor

Tempat Wisata Kepulauan Banda


Perjalanan ke Kepulauan Banda, akan membawa kita ke masa lalu, hingga 5 abad ke belakang. Surga rempah di timur Indonesia ini begitu memikat, jadi rebutan raksasa kolonial, hingga mengubah sejarah dunia.
Kepulauan Banda merupakan kepulauan yang terdiri dari 11 pulau di Indonesia timur. Banda adalah satu-satunya sumber rempah-rempah yang bernilai tinggi hingga pertengahan abad ke-19. Beberapa pulau di kepulauan Banda sangat mempengaruhi sejarah dunia. Salah satu yang terkenal adalah Banda Neira atau Banda Naira dan pulau Run. Banda Neira, pulau yang kini  menjadi pusat administratif Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah.

 
Pulau Banda Neira
Banda Neira merupakan salah satu pulau yang mempengaruhi sejarah dunia. Pulau kecil berpenduduk 14.000 jiwa ini pernah menjadi pusat perdagangan pala dan fuli (bunga pala) dunia. Secara administratif, Banda Neira terbagi dalam 6 desa, yakni Dwiwarna, Kampung Baru, Merdeka, Nusantara, Rajawali, dan Tanah Rata.

Wilayah ini menjadi kota modern yang didirikan oleh anggota VOC, yang membantai penduduk Banda untuk mendapatkan palanya pada tahun 1621 dan membawa yang tersisa ke Batavia (kini Jakarta) untuk dijadikan budak.

Alam geografis Banda Neira memiliki  pesona yang telah dikenal di berbagai penjuru dunia. Banda pun menjadi destinasi wisata tertua di Indonesia dan  menyimpan sejarah penting bangsa Indonesia.
Salah satu pulau paling padat di Kepulauan Banda adalah Banda Neira. Pulau ini menjadi pusat administrasi Kabupaten Maluku Tengah. Tak hanya pesona alamnya yang luar biasa, tapi pulau ini juga menyimpan kekayaan rempah-rempah yang dulu diincar para penjajah. Meskipun bukan pulau terbesar, namun pulau yang merupakan ibu kota Kecamatan Banda ini menyimpan berbagai obyek wisata alam, sejarah, dan bahari yang sangat layak untuk dikunjungi.



 
Benteng Belgica
Ini merupakan benteng VOC yang dibangun di atas sebuah bukit dan ditempuh hanya 10 menit berjalan kaki dari penginapa Delfica Guest House. Benteng ini berada di sebelah barat daya Pulau Neira dan terletak pada ketinggian 30 meter dari permukaan laut. Sungguh mengagumkan melihat pemandangan di sekeliling saat berdiri di benteng yang dibangun pada 1611 di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Pieter Bot ini.

Karena posisinya yang strategis, dari tempat ini pengunjung bisa melihat ke segala penjuru pulau. Kala itu keberadaan Benteng Belgica memudahkan VOC mengawasi kapal-kapal yang keluar masuk Banda. Dari tempat ini bisa menikmati pulau-pulau di sekitar Pulau Neira seperti Pulau Banda Besar, Gunung Api dan birunya Laut Banda. Belum lagi hilir mudiknya perahu nelayan. Pemnadangan sangat indahnya.



 
Istana Mini Neira
Istana yang dulunya berfungsi sebagai tempat tinggal Gubernur VOC. VOC lebih dahulu membagun istana ini setahun sebelum pembangunan Istana Merdeka di Batavia atau Jakarta. Istana Mini Neira menjadi satu-satunya banguan besar dan indah saat itu di kawasan ini. Di depannya terhampar pantai biru yang jernih dan Pulau Banda Besar. Di sekitar Istana Mini dibangun rumah-rumah berukuran besar sebagai tempat tinggal petinggi orang Eropa yang datang ke Banda. Berjalan kaki di Kota Banda Neira seperti menyusuri jalan-jalan di Eropa karena banyaknya bangunan berarsitektur Eropa.

 
Rumah Budaya Banda Neira
Di Rumah Budaya ini terdapat berbagai catatat sejarah. Barang-barang peninggalan VOC berupa berbagai jenis meriam, serta beberapa lukisan mengenai situasi pada zaman tersebut. Yang mencolok adalah di ruang utama museum, tergantung sebuah lukisan raksasa yang menceritakan pembantaian orang-orang terpandang di Banda. Mereka biasa disebut dengan orang kaya, dan pada masa itu mereka ditawan oleh VOC lalu dibawa ke benteng Nassau. Di depan anak istri serta keluarganya, semua orang terkemuka di Banda tersebut dibunuh secara kejam oleh para samurai yang disewa VOC.

 
Kelenteng Sun Tien Kong
Bangunan kelenteng berwarna kuning, namanya kelenteng Sun Tien Kong yang artinya Rumah Kuasa Tuhan. Kelenteng yang berusia sekitar 300 tahun ini didirikan oleh tukang bangunan dari China. Dalam catatan Johan Sigmund Wurffbain, pengawas VOC berkebangsaan Jerman yang pernah tinggal di Banda menyebutkan, pada abad 17 ada kelenteng Tionghoa di mana kelenteng tersebut berada di dekat kedai minum anggur.



 
Rumah Pengasingan Bung Hatta
Saat ini kondisi rumah pengasingan dari sisi perawatan berbeda jauh dibandingkan 18 tahun yang lampau. Saat itu, kondisi bangunan masih terawat baik. Sekarang kamar Bung Hatta, barang-barang peninggalan dan meja-kursi tempat Bung Hatta mengajar terlihat berdebu. Belum lagi foto-foto yang dipasang di dinding sudah mulai kusam.

 
Pulau Run
Pulau ini merupakan bagian dari Kepulauan Banda, Provinsi Maluku, seperti terlupakan khalayak dunia. Padahal pulau mungil ini telah mengubah sejarah dunia. Beberapa abad lalu, kawasan ini dikenal kaum pedagang Arab sebagai Tujuh Samudera, daerah perairan menawan di ujung dunia yang udaranya beraroma rempah. Pelaut yang berlayar di kawasan ini berarti telah jauh mengarungi kawasan Eropa nan dingin dan kelabu. Jika memakai peta laut kuno, pelaut di perairan ini sudah mencapai 'ranah mistis tempat bermukim para naga'.

Pada 1616, Inggris berhasil menguasai salah satu pulau di Banda, yaitu Pulau Run yang panjangnya 3,2 kilometer dan lebar satu kilometer. Di sinilah Inggris membuat koloni pertama dan membentuk English East India Company sekaligus mencanangkan kolonialisme Inggris.

English East India Company hanya mampu mempertahankan Run dari serangan Belanda selama empat tahun. Pada 1677, kedua negara menggelar kesepakatan. Pulau Run, yang dikuasai Inggris, diserahkan ke Belanda. Adapun New Amsterdam, yang dikuasai Belanda, diserahkan ke Inggris. Oleh penjajah Inggris, New Amsterdam diubah namanya menjadi New

Share:

0 Comments