Sponsor

Tempat Wisata Candi Borobudur, Magelang




Tidak dapat dipungkiri bahwa Candi Borobudur adalah bangunan bersejarah yang memiliki pengaruh paling besar dalam memperkenalkan nama Indonesia di dunia Internasional, baik secara umum maupun yang terkait langsung dengan dunia pariwisata.

Pengaruh Candi Borobudur secara umum bisa dilihat dari sejumlah relik Borobudur yang tersimpan di sejumlah museum di dunia seperti Museum Agama di Taipe, British Museum di Inggris, Museum Louvreseum di Paris, Tropen Museum di Amsterdam, Museum Nasional Bangkok, Museum Negara di Kuala Lumpur dan tentunya Museum Nasional Indonesia.

Candi Borobudur oleh UNESCO juga ditetapkan sebagai salah satu world heritage atau situs warisan dunia, diakui oleh Guinness World of Records di London, Inggris sebagai candi Buddha terbesar di dunia, dan berada diurutan ke-3 dari 15 bangunan yang masuk kategori “15 Iconic Adventures Worth the Effort” versi National Geographic yang berkantor di Washington DC, Amerika Serikat. Namun sayangnya Borobudur tidak masuk dalam kategori Seven Wonder World.

Di dunia pariwisata, Candi Borobudur juga memiliki peran yang sangat penting dalam mendongkrak kunjungan turis mancanegara ke Indonesia, karena mahakarya arsitektur ini tercatat sebagai objek wisata tunggal yang paling banyak dikunjungi di Indonesia. Bahkan, meski harga tiket untuk masuk ke lokasi setiap 3 – 5 tahun sekali dinaikkan, animo wisatawan untuk datang ke lokasi tidak pernah berkurang.

Hal tersebut bisa dilihat dari jumlah wisatawan sampai dengan pertengahan tahun 2019 yang sudah lebih dari 5 juta orang. Padahal terhitung sejak tanggal 1 Mei 2019, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko selaku pengelola ketiga peninggalan bersejarah tersebut telah menaikkan harga tiket masuk untuk wisatawan lokal dari Rp.30.000 menjadi Rp.40.000, sedang untuk wisman dari US$ 20 menjadi US$ 25.

Candi Borobudur yang Megah dan Mempesona
Tidak dapat dipungkiri pula bahwa naiknya pamor Jogja sebagai primadona pariwisata di Indonesia setelah Bali tidak lepas dari keberadaan Candi Borobudur, meski secara administratif Borobudur masuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut bisa dilihat dari dicantumkannya Candi Borobudur ke dalam daftar kunjungan pada Paket Wisata Jogjakarta yang ditawarkan oleh hampir semua jasa tour & travel.

Dengan segala kelebihan yang dimiliki Borobudur, membuat informasi tentang candi ini tidak sulit untuk dicari di berbagai literatur, ensiklopedia serta buku-buku pengetahuan umum atau lewat berbagai website dan sosial media, seperti wikipedia, wikimapia, kaskus, foursquare, instagram, youtube, facebook, tumblr, serta yang lain.

 

Mengenal Sekilas Tentang Candi Borobudur

Jika membuka gambar peta atau melihat google map lewat layar smartphone, akan dapat diketahui bahwa alamat atau letak dari Candi Borobudur ini secara administratif berada di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, dengan titik koordinat 7,608°LS 110,204°BT.

Candi ini memiliki luas dasar 123 x 123 meter2 yang terdiri atas 6 teras dengan tinggi asli 42 meter dan tinggi saat ini 35 meter. Sistem struktur Borobudur berupa piramida berundak dengan bahan berupa susunan blok batu andesit yang satu sama lain saling mengunci. Pada dinding candi terdapat 2.672 relief dan 504 arca Buddha. Pada bagian puncak candi terdapat stupa utama dengan ukuran paling besar yang dikeliling 72 stupa berbentuk tiga barisan melingkar. Stupa yang mengelilingi tersebut bentuknya berlubang, dimana pada bagian tengahnya terdapat patung Buddha yang sedang duduk bersila.

Borobudur ditemukan untuk pertama kalinya oleh Sir Thomas Stanford Raffles setelah berabad-abad lamanya terkubur lapisan tanah dan debu vulkanik serta ditumbuhi semak belukan dan pepohonan. Nama Borobudur sendiri diambil dari buku yang ditulis oleh Raffles yang berjudul “Sejarah Pulau Jawa”.

Istilah Borobudur menurut raffles berasal dari “Bore” yang artinya “Desa” dan “Budur” yang artinya “Purba”. Namun ada arkeolog yang berpendapat bahwa kata “Budur” berasal dari kata “Budhara” yang artinya “Gunung” karena candi ini memang dibangun di atas bukit/gunung.

Candi Borobudur Pada Tahun 1866
Teori lain yang berkaitan dengan nama Borobudur menurut ilmu etimologi berasal dari kata yang sering diucapan oleh umat Buddha yaitu “Bara” yang artinya “vihara” dan Bedhuhur” yang artinya tinggi. Setelah mengelami pergeseran bunyi, kata Bara Bedhuhur berubah menjadi Borobudur. Tentang teori mana yang paling benar tentang asal-usul nama Borobudur, hingga kini belum ada yang bisa memastikan.

Seiring dengan perjalanan waktu, pemugaran terhadap Candi Borobudur terus dilakukan oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 1960-an, sebelum akhirnya mendapat perhatian dan bantuan dari UNESCO untuk melakukan perbaikan monumen secara menyeluruh antara tahun 1975 – 1982.
Setelah selesai dipugar secara total, Candi Borobudur oleh umat Buddha di Indonesia dijadikan sebagai tempat untuk merayakan hari suci Waisak setiap setahun sekali, tepatnya pada saat bulan purnama sekitar bulan Mei – Juni. Bahkan, dalam perkembangannya tidak hanya umat Buddha di Indonesia saja yang merayakan Waisak di Borobudur, tapi juga umat Buddha dari negara-negara tetangga seperti Singapura, Thailand, Myanmar, Vietnam, serta yang lain.

Pada tanggal 21 Januari 1985, Borobudur terkena serangan bom yang membuat beberapa stupa hancur berkeping-keping. Pada 27 Mei 2006 candi ini juga sempat diguncang gempa berskala 6,2 richter yang meluluhlantakkan beberapa kawasan yang ada di Yogyakarta. Namun untungnya Borobudur masih tetap utuh.

Kondisi Borobudur Saat Diserang Bom Tahun 1980
Dengan sejuta kelebihan yang dimiliki Borobudur, membuat candi ini dijadikan sebagai lambang Kabupaten Magelang dan Provinsi Jawa Tengah. Borobudur juga dipakai sebagai nama Perguruan Tinggi, sejumlah badan usaha dan institusi, beberapa nama rumah makan baik di Indonesia maupun di luar negeri, menghiasi uang rupiah, dijadikan gambar perangko, termasuk dijadikan materi untuk mempromosikan pariwisata Indonesia.

 

Sejarah Berdirinya Candi Borobudur

Saksi kejayaan Nusantara dimasa lalu ini, menurut sumber sejarah yang telah diakui validitasnya, dibangun sekitar abad ke-8 oleh Wangsa Syailendra dimasa pemerintahan Raja Samaratungga, dengan dipimpin arsitek ulung pada masanya yang bernama Gunadarma.

Bahan untuk pembuatan Candi Borobudur berupa jutaan meter kubik batu andesit yang diambil dari Sungai progo dengan jarak sekitar 2 km dari lokasi candi. Batu yang awalnya berukuran besar-besar tersebut dipotong-potong, lantas disusun dengan sistem saling mengunci atau interlock, sehingga keseluruhan bangunan candi saling terkait.

Candi Borobudur adalah manifestasi atau lambang dari kehidupan yang dijalani manusia dalam pandangan agama Buddha, sehingga candi ini memiliki tiga tingkat, yaitu: “Kamadatu” yang melambangkan kehidupan manusia saat masih dipenuhi hawa nafsu dan angkara murka, “Rupadatu” saat nafsu atau keinginan duniawi tersebut mulai sirna, dan “Arupadatu” yang melambangkan manusia telah mencapai kesempurnaan.

Pada abad IX – XI, candi Borobudur banyak dikunjungi umat Buddha dari berbagai negara seperti Thailand, Myanmar, Tiongkok, India dan dari negara-negara lainnya, karena Borobudur memang dijadikan sebagai pusat study agama Buddha. Saat itu mereka yang datang ke Borobudur lewat Pelabuhan Semarang yang masih bernama Pragota atau Bergota.

Tidak diketahui jelas, sejak kapan Borobudur mulai ditinggalkan dan dilupakan oleh para peziarah, hingga akhirnya terkubur oleh tanah dan debu vulkanik selama berabad-abad. Alasan yang membuat bangunan suci ini ditinggalkan juga tidak diketahui dengan pasti. Namun ada pendapat yang mengatakan bahwa Borobudur mulai terhapus dari jejak sejarah sejak terjadinya serangkaian letusan gunung berapi yang membuat Raja Mpu Sindok sekiar tahun 928 – 1006 M memindahkan Ibukota Kerajaan Medang ke Jawa Timur.

Meski merupakan bangunan yang sangat fenomenal pada zamannya dan juga pada saat ini, Candi Borobudur tidak pernah disebut dalam naskah-naskah kuna, dan hanya dalam kitab Negarakeragama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 di masa pemerintahan Majapahit yang secara sekilas menyebutkan tentang keberadaan wihara di Budur.

Sunset di Candi Borobudur
Minimnya informasi dan catatan sejarah tentang candi ini, membuat teori-teori baru tentang keberadaan candi Borobudur bermunculan yang sebagian justru bertolak belakang dengan teori yang telah berkembang sebelumnya. Salah satu teori yang sempat ramai diperbincangkan adalah teori yang mengatakan bahwa Borobudur dibangun oleh Nabi Sulaiman.

Teori yang cukup kontroversial tersebut juga bukan tanpa alasan. Sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an, Nabi Sulaiman memiliki mukjizat dapat berbicara dengan semua jenis binatang, bangsa jin bahkan angin. Dalam salah satu kisah disebutkan bahwa Nabi Sulaiman mendengar cerita dari burung Hud-hud bahwa dia melihat sebuah negeri bernama Saba yang dipimpin oleh seorang Ratu, dimana rakyatnya menyembah matahari.

Nabi Sulaiman kemudian mengutus burung hud-hud untuk menyampaikan surat kepada Ratu Saba, agar dia dan rakyatnya bertaubat serta berserah diri kepada Allah. Dalam proses pertaubatan tersebut, Nabi Sulaiman memindahkan singgasana ratu Saba ke istananya dalam waktu sekejap. Sehingga saat sang Ratu berkunjung, dia mendapati singgasananya telah berada di istana Nabi Sulaiman.

Merujuk dari kisah yang tertulis di Al Quran, “Sleman”yang merupakan daerah tempat berdirinya Borobudur berasal dari kata “Sulaiman”, sementara nama Sulaiman sendiri dipercaya sebagai nama Jawa karena berawalan kata “Su” dan tidak ada satupun Nabi yang menggunakan nama dengan awalan “Su”.

Negeri Saba yang dalam kisah Quran adalah negeri yang dipenuhi banyak pepohonan dipercaya sebagai daerah Wanasaba yang berasal dari kata “Wana” yang artinya “hutan” dan “Saba”.
Terkait dengan dipindahkannya singgasana Ratu Saba ke istana Nabi Sulaiman yang tidak lain adalah Borobudur yang dibangun oleh bangsa jin, hal tersebut dibuktikan dengan hilangnya singgasana di Istana Ratu Baka yang merupakan istananya Ratu Saba. Pendapat tersebut dikuatkan dengan ditemukannya lempengan emas bertuliskan lafadz “Bismillah” di kolam yang lokasinya tidak jauh dari Borobudur.

Lempengan emas bertuliskan “Bismillah” yang sampai saat ini disimpan di Museum Nasional tersebut dipercaya sebagai surat yang dikirimkan Nabi Sulaiman kepada Ratu Saba dengan perantaraan burung Hud-hud, karena nabi yang pertama kali menulis kata “Bismillah” memang Nabi Sulaiman.

Batu peringatan pemugaran candi Borobudur
Bukti lain kalau Borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman adalah banyaknya relief yang ada hubungannya dengan kisah-kisah Nabi Sulaiman, seperti tabut, burung Hud-hud, serta yang lain.
Tentang teori keberadaan candi Borobudur mana yang paling benar diantara sekian banyak teori yang ada, hingga kini memang masih menjadi tanda tanya besar, mengingat minimnya bukti sejarah yang menyertai keberadaan bangunan monumental ini. Jika ada kebenaran tentang Borobudur yang tidak terbantahkan adalah bahwa Borobudur merupakan mahakarya dan puncak pencapaian dari tekhnik arsitektur yang diselaraskan dengan estetika seni rupa serta nilai-nilai religi.

 

Rute Menuju Candi Borobudur

Sebagai landmark termegah di Indonesia, sebenarnya tidak sulit untuk berkunjung ke Candi Borobudur, karena sejumlah papan petunjuk jalan akan membantu mengantar Anda untuk sampai ke tempat tujuan. Kalaupun tersesat di tengah jalan, hampir semua penduduk Jogja dan Jawa Tengah akan dengan senang hati membantu menunjukkan jalan yang harus Anda lalui. Namun untuk lebih mempermudah perjalanan Anda menuju ke lokasi Candi Borobudur, tidak ada salahnya untuk mengikuti rute sebagaimana tersebut berikut ini.

Borobudur yang berjarak sekitar 45 km dari kota Jogja dan sekitar 90 km dari kota Semarang dapat ditempuh dari Ibukota Provinsi DIY dan Ibukota Provinsi Jawa Tengah ini. Jika berangkat dari Jogja, Anda dapat naik bus jurusan Borobudur di terminal Giwangan atau sub terminal Jombor.

Jika berangkat dari terminal Giwangan, bus akan melewati rute Ringroad, Gampingan, berlanjut ke terminal Jombor, JL. Magelang, Sleman dan berhenti sekitar 30 menit di terminal Muntilan, sebelum melanjutkan kembali perjalanan hingga terminal Borobudur. Setelah sampai terminal Borobudur, Anda bisa naik andong, becak atau berjalan kaki sejauh sekitar 500 meter menuju pelataran Borobudur.

Perjalanan dari Jogja dengan menggunakan kendaraan pribadi dapat melalui JL. Magelang, Sleman, Tempel, berlanjut ke Salam, Muntilan dan berbelok ke kanan setelah sampai di Palbapang (pertigaan sebelum Blabak). Selanjutnya Anda akan melewati Mendut sebelum sampai di lokasi.

Indahnya Pemandangan Alam Dilihat dari Atas Candi Borobudur
Jika berangkat dari kota Semarang, untuk yang memakai angkutan umum bisa mencari bus jurusan Jogja di terminal Semarang. Dengan bus tersebut Anda akan melalui kota Semarang, Ungaran, Bawean, Ambarawa, Pringsut dan Secang sebelum sampai terminal Magelang. Di terminal Magelang Anda harus berganti bus jurusan Borobudur.

Perjalanan menggunakan kendaraan pribadi, jika berangkat dari kota Semarang dapat melewati rute Ungaran menuju ke Bawean. Sesampai di pertigaan Bawean berbeloklah ke kanan menuju ke Ambarawa, Pringsurat (Temanggung), Secang, Magelang hingga Mertoyudan. Begitu tiba di pertigaan Blondo berbeloklah ke kanan dan ikuti terus jalan tersebut hingga melewati Kantor Bupati Magelang. Saat sampai di pertigaan kolam renang Karet, belokkan kendaraan Anda sekali lagi ke kanan dan tidak lama kemudian Anda sudah memasuki area parkir Borobudur.

 

Pesona dan Aktifitas Menarik di Candi Borobudur

Karena yang akan Anda kunjungi adalah bangunan kuna peninggalan masa lampau, sudah barang tentu aktifitas utama selama berada di lokasi Candi Borobudur adalah menikmati wisata sejarah. Namun, tidak hanya wisata sejarah saja yang dapat Anda nikmati di sini, masih banyak aktifitas lainnya yang tidak kalah menarik. Beberapa dari aktifitas menarik selama mengunjungi Candi Borobudur diantaranya adalah:

– Pradaksina
Inilah aktifitas utama selama berada di lokasi Candi Borobudur, yaitu: melihat, menikmati sekaligus mempelajar relief-relief yang menempel di dinding candi dengan cara berjalan searah jarum jam mengitari candi, dimulai dari tingkatan pertama, berlanjut ke tingkat berikutnya, hingga tiba di puncak candi.

Perjalanan melakukan Pradaksina mulai dari tingkat satu hingga ke puncak, jika dilakukan secara penuh, sama dengan menempuh perjalanan sejauh 2 km. Karena itu, jangan lupa membawa topi, sunblock, serta air minum untuk menemani perjalanan.

Melalui Pradaksina itulah akan dapat Anda nikmati berbagai macam gambar relief dengan berbagai bentuk, seperti sosok manusia mulai dari pertapa, bangsawan dan rakyat jelata, berbagai jenis hewan dan tumbuhan, juga aneka bangunan vernakular tradisional Nusantara seperti istana, candi, rumah panggung, lumbung, persenjataan, busana, perhiasan serta yang lain.

Relief Candi Borobudur
Karena itu banyak yang mengatakan bahwa meski secara fisik Borobudur adalah sebuah bangunan namun pada hakikatnya Borobudur adalah sebuah kitab yang merekam dan mengabadikan berbagai macam aspek kehidupan penduduk Jawa Kuna. Sehingga tidak sedikit para arkeolog yang melakukan penelitian kehidupan masyarakat Jawa kuna pada masa lampau, menjadikan relief yang ada di Borobudur sebagai bahan rujukan.

Lokasi: Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah
Map: KlikDisini
HTM: Wisatawan Domestik Rp.40.000, Wisman US$ 25
Buka/Tutup: 06.00 – 17.00 WIB
Telepon: (0293) 788266

Share:

0 Comments