Sponsor

Tempat Wisata Candi Prambanan, Jogja



Sebagai salah satu candi terindah di Asia Tenggara, Candi Prambanan menjadi pusat perhatian para wisatawan, baik dari dalam negeri maupun wisatawan mancanegara. Keindahan dari candi ini bisa dilihat dari arsitektur bangunannya yang berbentuk ramping dan menjulang tinggi dengan candi utama bernama Candi Siwa yang memiliki ketinggian 47 meter dan menjulang tepat di tengah kompleks candi.

Candi yang juga memiliki nama Candi Roro Jonggrang ini juga didaulat sebagai candi Hindu terbesar se-Asia Tenggara selain Angkor Wat yang ada di Kamboja. Besarnya Candi Prambanan tersebut, disebabkan karena Prambanan merupakan kompleks candi yang jumlah keseluruhan sebanyak 240 candi.

Namun karena sebagian besar dari candi-candi tersebut dalam keadaan tidak utuh dan untuk dapat dipugar minimal harus ada 75% batu candi yang asli, membuat candi yang ada di kompleks Candi Prambanan yang ada saat ini hanya tersisa 18 candi.

Beberapa candi yang ada di kompleks Candi Prambanan tersebut diantaranya adalah 3 Candi Trimurti, 3 Candi Wahana, 2 Candi Apit, 4 Candi Kelir, 4 Candi Patok dan 224 Candi Perwara. Selain itu masih ada bangunan candi yang lokasinya berdekatan dengan kompleks candi Prambanan dan masih ada kaitan sejarah dengan candi ini yaitu Candi Lumbung, Candi Sewu dan Candi Bubrah.
Dengan segala keindahan dan kebesarannya, serta pentingnya arti Candi Prambanan dalam perkembangan peradaban manusia, membuat PBB melalui UNESCO pada tahun 1991 menetapkan Prambanan sebagai salah satu situs warisan dunia.

Gambaran singkat tentang Candi Prambanan tersebut, sudah lebih dari cukup untuk menegaskan betapa pentingnya Prambanan bagi dunia pariwisata Indonesia utamanya pariwisata di DIY dan Jawa Tengah. Itu sebabnya sejak tahun 1992 pemerintah secara khusus menyerahkan pengelolaan sekaligus perawatan candi ini kepada PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko.
Menawan
Lewat penanganan yang dilakukan secara profesional, selain keberadaan candi yang usianya sudah berabad-abad tersebut dapat lebih terjaga, daya tarik Prambanan sebagai objek wisata juga dapat lebih ditingkatkan. Salah satu diantaranya dengan memaksimalkan penyajian pentas Sendratari Ramayana yang rutin digelar sejak tahun 1960 sampai sekarang.

Sendratari yang digelar di panggung terbuka Trimurti yang berada di seberang candi, tepatnya di sebelah Barat Sungai Opak, jika dulu hanya digelar sebulan sekali setiap malam bulan purnama, saat ini pagelaran dilangsungkan seminggu 3 kali setiah hari Selasa, Kamis dan jumat jam 19.30 – 21.30 WIB.

Pagelaran sendratari tersebut juga tidak lagi hanya mengandalkan keindahan Prambanan sebagai latar belakang pentas, tapi sudah dilengkapi dengan tata lampu dan pencahayaan yang memukau. Selain itu pihak pengelola juga telah menyiapkan panggung tertutup untuk mengantisipasi turunnya hujan, sehingga meski pada musim hujan sekalipun, pentas Sendratari Ramayana dapat tetap rutin digelar.
Diambilnya lakon Ramayana dalam pentas sendratari tersebut, mengacu pada relief yang terukir di dinding bagian dalam candi, dimana relief-relief tersebut menceritakan kisah tentang Rama dan Shinta sebagaimana yang tertuang dalam kitab Ramayana.

Sama halnya dengan Candi Borobudur yang menjadi pusat peringatan Hari Raya Waisyak bagi pemeluk agama Buddha, Candi Prambanan setiap tahunnya juga menjadi tempat untuk menggelar upacara suci pada peringatan Nyepi, Galungan serta Tawur Kesanga bagi pemeluk agama Hindu. Sehingga peran Candi Prambanan cukup kompleks dan tidak hanya sekedar sebagai objek pariwisata.

 

Mitos Candi Prambanan

Meski saat ini lebih dikenal dengan nama Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang, nama sebenarnya dari candi ini adalah Candi Siwagrha. Hal tersebut dapat diketahui dari Prasasti Siwagrha yang berangka tahun 856 Masehi. Siwagrha dalam bahasa Sansekerta memiliki arti “Rumah Siwa”, karena Prambanan memang dibangun untuk memuja Trimurti atau tiga dewa utama dalam agama Hindu, yaitu Brahma, Wishnu dan Siwa, dengan sesembahan utama di candi ini adalah Dewa Siwa yang merupakan Dewa Pemusnah.

Nama Candi Roro Jonggrang melekat pada candi ini disebabkan karena adanya cerita berbau mitos yang dituturkan dari mulut ke mulut oleh masyarakat setempat sejak dahulu kala yang bercerita tentang Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang.
 
Ciri Ciri Kompleks
Dalam kisah tersebut diceritakan, dahulu ada dua kerajaan yang letaknya berdekatan, yaitu Kerajaan Prambanan dan Kerajaan Pengging. Kerajaan Prambanan dipimpin oleh seorang raja berwujud raksasa bernama Prabu Baka yang memiliki putri cantik bernama Roro Jonggrang.

Pada suatu ketika Kerajaan Pengging dibawah pimpinan Bandung Bondowoso menyerang Kerajaan Prambanan. Dalam penyerangan tersebut Prambanan berhasil ditaklukkan dan Prabu Baka terbunuh. Melihat putri Prabu Baka yang cantik, Bandung Bondowoso tertarik untuk memperistrinya.

Karena tidak ingin diperistri seseorang yang telah membunuh ayahnya, namun juga tidak kuasa untuk menolak, maka Roro Jonggrangpun menyampaikan persyaratan kepada Bandung Bondowoso, yaitu: dia bersedia dinikahi apabila Bandung Bondowoso dapat membuatkan candi untuknya sebagai emas kawin sebanyak 1000 candi dan harus selesai dalam waktu satu malam.

Merasa memiliki kesaktian lebih dan dapat memerintah mahluk halus, persyaratan itupun diterima oleh Bandung Bondowoso. Akhirnya, diapun mengerahkan makhluk halus untuk membuat candi yang akan dijadikan sebagai emas kawin.

Karena dikerjakan oleh makhluk halus, dalam waktu hampir semalam, sebanyak 999 candi berhasil diselesaikan. Menyadari sisa candi yang harus dibangun tinggal satu, Roro Jonggrangpun memerintah para wanita yang ada di Prambanan untuk membunyikan lesung yang biasa digunakan untuk menumbuk padi. Begitu lesung dibunyikan, ayam-ayam jago mengira hari sudah pagi, sehingga merekapun berkokok.

Mendengar ayam berkokok, makhluk-makhluk halus ketakutan karena mengira fajar telah menjelang, sehingga merekapun kabur meninggalkan satu buah candi yang masih belum terselesaikan. Karena candi yang dibuat belum genap 1000 candi, maka Bandung Bondowosopun kalah dalam bertaruh dan terpaksa harus membatalkan keinginannya untuk dapat menikahi Roro Jonggrang.

Merasa ditipu, Bandung Bondowoso marah dan mengutuk Roro Jonggrang, sehingga putri Prabu Baka inipun berubah menjadi arca. Dia juga mengutuk gadis-gadis desa Prambanan menjadi perawan tua dan tidak ada satu laki-lakipun yang mau memperistri mereka.
Sunset
Kisah tentang Bandung Bondowoso yang membuat Candi Prambanan hanya dalam waktu semalam, tentu saja hanya cerita pelipur lara yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Karena sosok yang pertama kali menggagas berdirinya Candi Prambanan adalah Rakai Pikatan dengan tujuan untuk menyaingi Candi Candi Borobudur dan Candi Sewu yang letaknya tidak terlalu jauh.

Dalam Prasasti Siwagrha disebutkan bahwa untuk membangun Candi Prambanan dilakukan perubahan tata air dengan memindahkan aliran Sungai Opak yang ada di dekat lokasi candi. Sungai yang awalnya mengalir ke arah Timur dirubah sehingga mengalir dari Utara ke Selatan.

Waktu untuk membangun Candi Prambanan juga bukan semalam, tapi butuh ratusan tahun, karena setelah masa kepemimpinan Rakai Pikatan diganti oleh raja-raja Medang Mataram yang lain, seperti Raja Tulodong dan Raja Daksa, kompleks Candi Prambanan terus menerus disempurnakan dan diperluas dengan membangun candi-candi tambahan di kawasan sekitar candi utama.

Pada masa pemerintahan Kerajaan Mataram, Candi Prambanan dijadikan sebagai tempat untuk menggelar upacara-upacara penting kerajaan. Selain itu bagian luar pelataran candi dijadikan tempat berkumpul dan dihuni oleh ratusan pendeta brahmana beserta murid-muridnya untuk mempelajari kitab Weda.

Sekitar tahun 930-an, Mpu Sindok memindahkan ibukota kerajaan ke Jawa Timur dan mendirikan Wangsa Isyana. Perpindahan ibukota kerajaan tersebut disebabkan karena letusan dahsyat Gunung Merapi yang lokasinya sekitar 20 km dari Prambanan.

Setelah ibukota kerajaan dipindahkan ke Jawa Timur, Candi Prambanan pun tidak terawat dan ditelantarkan. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan terjadinya gempa bumi yang hebat sekitar abad XVI. Akibat dari bencana alam tersebut, bangunan candi akhirnya rusak, roboh dan tertimbun tanah serta abu vulkanik.
 

Sejarah Singkat Candi Prambanan

Setelah lama terbengkalai dan yang terlihat hanya puing-puingnya saja, Candi Prambanan akhirnya diketemukan oleh warga Belanda bernama CA Lons pada tahun 1733. Disaat Jawa dikuasai Britania Raya, Sir Thomas Stanford Raffles yang memiliki perhatian lebih terhadap dunia arkeologi, menyuruh bawahannya, Colin Mackenzie untuk mencari informasi lebih mendalam tentang Prambanan, meski akhirnya selama berpuluh-puluh tahun lamanya candi ini tetap ditelantarkan.

Upaya penggalian candi mulai dilakukan sejak tahun 1880an, namun lebih bersifat penjarahan terhadap arca dan batu-batu candi. Pembongkaran secara besar-besaran baru dilakukan pada tahun 1855 oleh Jan Willem Ijzerman, hanya saja batu-batu candi yang didapat dari pembongkaran tersebut digeletakkan begitu saja dan ditumpuk di sepanjang Sungai Opak.

Relief dan arca hasil penggalian tersebut dijadikan hiasan taman oleh warga Belanda, sedang batu candi digunakan untuk pondasi dan bahan bangunan oleh warga pribumi.
Reruntuhan Prambanan Saat Pertama Kali Diketemukan
Pemugaran terhadap Candi Prambanan baru dilakukan pada tahun 1918, dan pemugaran secara serius mulai dilakukan sekitar tahun 1930-an. Mereka yang memiliki peran terhadap pemugaran Prambanan diantaranya adalah Theodore Van Erp pada tahun 1902 – 1903, Oudheidkundige Dienst (Jawatan Purbakala) dibawah pimpinan P.J. Perquin, pada tahun 1918 – 1926, De Han tahun 1926 – 1930 dan Ir.V.R. Van Romondt pada tahun1930 – 1942.

Pemugaran tersebut terus dilakukan disepanjang waktu, bahkan sampai dengan saat ini pemugaran masih tetap berlangsung, karena kondisi candi yang ada sekarang memang masih belum mencerminkan kondisi candi yang sebenarnya, dalam arti masih banyak bagian-bagian candi yang ada di kompleks Candi Prambanan belum menemukan pasangannya untuk dilakukan pemugaran.
Namun demikian untuk candi utama yakni Candi Siwa, pemugarannya telah rampung total pada tahun 1953, sebelum akhirnya ditetapkan oleh UNESCO sebagai world heritage pada tahun 1991.

 

Rute Menuju Lokasi

Jika dilihat melalui google map, secara administratif Candi Prambanan menjadi bagian dari 2 provinsi, karena kompleks candi ini membentang di 2 kabupaten, tepatnya di Desa Prambanan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabuparen Klaten, Provinsi Jawa Tengah.

Untuk menuju ke lokasi Candi Prambanan tidaklah sulit, karena jarak dari kota Jogja hanya sekitar 17 km dan lokasi candi berada sekitar 100 meter dari Jalan Raya yang menghubungkan Jogja dengan Solo.

Cara yang dapat ditempuh untuk menuju ke lokasi wisata, jika menggunakan angkutan umum dari Jogja bisa menggunakan bus transjogja dengan jalur 1A dan 2A serta turun di halte Prambanan. Setelah itu tinggal naik becak atau berjalan kaki untuk dapat sampai ke kompleks candi.
Sedang untuk yang naik angkutan umum dari Solo maupun Klaten dapat menggunakan bus yang menuju kota Yogyakarta dan minta kepada kondektur untuk diturunkan di Terminal Prambanan.
Sebelum Renovasi
Bagi wisatawan yang menggunakan sarana transportasi udara, setelah turun di Bandara Adi Sucipto, dapat melanjutkan perjalanan dengan menggunakan taksi menuju ke arah Timur meninggalkan pusat Kota Jogja dan hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai di tempat tujuan.

Untuk yang memakai kendaraan pribadi, baik yang datang dari arah Barat, Utara maupun Selatan Jogja tinggal mengambil jalan ringroad menuju ke Timur Jogja, dan setelah bertemu dengan Jalan Solo tinggal membawa kendaraan berjalan lurus menuju ke arah Timur untuk dapat sampai ke kompleks Candi Borobudur.

 

Pesona dan Aktifitas Menarik

Sebagai objek wisata sejarah, pesona utama yang disuguhkan Candi Prambanan sudah barang tentu bukti-bukti kejayaan masa lalu yang tertuang dalam bangunan candi dalam bentuk relief, ornamen unik, arca dan peninggalan sejarah yang lain di lokasi candi.

Untuk dapat menikmati peninggalan sejarah yang terekam dalam bangunan candi secara detail dan terstruktur/berurutan, pengunjung harus melakukan aktifitas yang bernama Pradaksina, yaitu mengelilingi bangunan candi secara total mulai dari tingkat paling dasar hingga puncak candi, dan cara untuk mengelilingi bangunan suci ini dilakukan searah jarum jam.

Lokasi: Jl. Raya Solo – Yogyakarta No.16, Kranggan, Bokoharjo, Kec. Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55571
Map: Klik Disini
HTM: Wisatawan Domestik Rp.40.000, Wisman US$ 25
Jam Buka: 06.00 – 17.00 WIB
Telepon: (0293) 788266

 

Terletak di Jogja

Share:

0 Comments