Sponsor

Tempat Wisata Garuda Wisnu Kencana, Bali


 

Indonesia memang memiliki kekayaan yang seolah tak pernah habis untuk di eksplorasi, tak hanya memiliki sumber daya alam yang sejatinya berkecukupan, namun Negeri ini juga memiliki segudang destinasi wisata yang tentunya sangat menonjolkan keindahan alam di bumi pertiwi ini. Beberapa destinasi terbaik di antaranya seperti Bunaken, kemudian Wakatobi, ada juga Kuta & Gili tentunya tak hanya meningkatkan animo wisatawan Domestik namun juga wisatawan dari Mancanegara.

Tak cukup sampai disitu, negeri ini juga memiliki kekayaan budaya yang tentu didapat dari keberagaman budaya serta suku di seantero nusantara, sebagai contoh yakni Prambanan & Borobudur Temple, hingga Garuda Wisnu Kencana yang sempat menyedot perhatian dunia.

Dari sekian banyak icon yang ada di Nusantara ini, nampaknya pulau sang Dewata lah yang acap kali didatangi wisatawan mancanegara. Bahkan beberapa pelancong dari belahan lain dunia, lebih mengenal Bali dibandingkan Indonesia. Beberapa destinasi seperti Kuta & Sanur Beach, Tanah lot, Garuda wisnu Kencana hingga beragam tempat di Ubud sukses menjadi magnet bagi wisatawan dari berbagai daerah. Penasaran seperti apa? Yuk kita simak ulasan salah satu destinasi wisatanya hingga akhir artikel ini!

Menyibak Misteri Patung Garuda Wisnu Kencana
Sekilas Sejarah Garuda Wisnu Kencana

Siapa yang tak kenal dengan landmark dari Pulau Dewata yang satu ini? Garuda Wisnu Kencana atau yang lebih akrab disebut dengan GWK ini merupakan sebuah taman yang dijadikan sebagai taman budaya alias Cultural Park. Luas dari kawasan GWK ini sendiri lebih kurang mencapai 140 Hektar, yang konon pada awalnya adalah tambang kapur. Pemilihan pembangunan patung Garuda Wisnu kencana ini sendiri tidak serta merta dilakukan di sembarang tempat, karena tentunya memerlukan beragam pertimbangan mulai dari luas & ketinggian hingga dipilihlah tempat ini setelah 2 tahun berselang.

Pemrakarsa dari proyek pendirian area taman Garuda Wisnu Kencana sendiri, digagas oleh Yayasan dengan nama yang sama dengan sang arsiteknya sendiri yakni I Nyoman Nuarta sebagai salah satu orang yang mendirikan yayasan tersebut pada 1989. Tahun 1990, gagasan tersebut mulai dikembangkan disertai Joop Ave (alm) yang kala itu menjabat sebagai Menteri Pariwisata, ada jg I. Bagus Oka (alm), serta I. Bagus Sudjana (alm), bersama sang arsitek.

Selanjutnya pencarian lokasi mulai dilakukan & dipilihlah bukit kapur di daerah Ungasan yang dulunya sebuah tambang kapur. I Nyoman Nuarta sendiri pun bukan orang sembarangan, beliau merupakan seniman Bali berdarah tabanan yang merupakan lulusan ITB dari Fakultas Desain & Seni Rupa. Debut pendirian Culture Park ini sendiri dimulai sejak 1992 & kemudian mulai di sosialisasikan didepan tokoh masyarakat, anggota bersama pimpinan DPRD Bali, serta masyarakat sekitar setelah Presiden Soeharto merestui pada 1993, meski sempat terjadi Pro maupun Kontra namun pengolahan lahan sekitar tetap dilakukan hingga 1996.

Groundbreakingnya sendiri dimulai pada 1997, sayangnya biaya konstruksi yang tidak sedikit membuatnya harus terhambat & belum selesai hingga kini. Bahkan selepas GWK expo di tahun 2000 selesai, keuangannya tetap mengalami pasang surut antara lanjut maupun berhenti disitu. Akhirnya saham sebesar 82% milik sang seniman, mau tidak mau harus direlakan dilepas ke Investor yakni PT.Alam Sutra Realty.TBK di 2012, sementara I Nyoman Nuarta bersama PT.Siluet Nyoman Nuarta hanya bertugas mengawal serta menyelesaikan cita-citanya untuk mendirikan landmark bersejarah di Bali.

Beberapa bagian yang telah rampung saat ini seperti separuh bagian tubuh dari Dewa Wisnu, Tangan Dewa Wisnu serta Kepala Garuda merupakan hasil jerih payah & buah dari tangan dingin sang maestro sendiri yang dibuat oleh I Nyoman Nuarta. Rencananya kalau sudah jadi, monument ini akan berukuran sekitar 126 meter yang tentunya akan terlihat menjulang tinggi ketika sang Dewa Wisnu menunggangi Garuda melebihi liberty. Apalagi mengingat lokasinya sendiri yang terletak pada ketinggian 263mdpl, tentu akan semakin indah dipandang mata bukan?.

Kini GWK masih tetap dibuka untuk umum, seraya mengumpulkan dana untuk kembali meneruskan cita-cita sang Maestro. Meski masih belum rampung seutuhnya, namun Garuda Wisnu Kencana tetap menjadi salah satu primadona di tanah para dewata ini, terbukti dengan banyaknya pengunjung yang datang baik sekedar untuk mengambil gambar, menikmati pagelaran seni seperti Tari Kecak maupun menonton beragam event yang tengah diselenggarakan & menikmati Sunset. Proyek patung ini sendiri mulai dilanjutkan pada 2013 & dicanangkan akan rampung, sekiranya pada pertengahan 2019 atau pada bulan Agustus untuk tepatnya.

Plaza Garuda Wisnu Kencana

Legenda Garuda Wisnu Kencana
Legenda dari Garuda Wisnu Kencana statue sendiri, ternyata memiliki filosofi yang begitu mendalam bahkan dalam penggunaannya sebagai perlambang bagi Negara Republik Indonesia, Garuda & Dewa Wisnu sendiri, merupakan salah satu nama dari sekian banyak penokohan dalam ajaran Hindu.

Garuda sendiri digambarkan sebagai sosok burung gagah perkasa, dengan tubuh selayaknya manusia, yang diyakini dalam ajaran agama Hindu sebagai tunggangan yang digunakan oleh sang Dewa Wisnu. Pengaitan Garuda dengan history Nusantara & Kerajaan Kahuripan sendiri, berdasar pada masa pemerintahan dari Raja Airlangga kala itu sebagai bentuk untuk mengokohkan kedudukannya pada area politiknya, akhirnya Raja Airlangga sendiri dianggap sebagai titisan dari Dewa Wisnu & melahirkan simbolisasi kala Dewa Wisnu menunggang sang Garuda sebagaimana dikisahkan dari mitologi Hindu.

Alkisah di suatu negeri, terdapat seseorang nan bijaksana yakni Resi Kasyapa. Sang Resi ini sendiri, diketahui memiliki dua istri yakni Kadru dan juga Winata. Dari Kadru & juga Winata, Resi Kasyapa mendapat keturunan yakni Naga yang merupakan anak dari Kadru & Garuda yang merupakan anak dari Winata. Sayangnya meski Resi Winata memperlakukan keduanya dengan sangat bijaksana serta tetap bersikap adil sebagaimana istri yang dicintainya, namun Kadru selalu saja cemburu Winata.
Beberapa kali Kadru mencari kesempatan guna menyingkirkan Winata dari lingkaran keluarga & mendapatkan seluruh perhatian Resi Kasyapa, dengan segala tabiat serta niat jahatnya agar Winata segera jauh dari suami mereka. Ketika itu, para dewa tengah mengaduk-aduk samudera purba menggunakan air suci yang bernama amertha sari. Air suci ini diyakini mampu memberi keabadian untuk siapa saja makhluk yang meminumnya.

Tiba-tiba saja Uccaihsrawa yang merupakan Kuda berkepala tujuh milik Dewa Indra muncul, gejolak cemburu Kadru pun kembali meningkat & memberi tantangan bagi Winata guna menebak apa sekiranya warna dari Kuda Uccaihsrawa. Bersamaan dengan tantangan tersebut, terselip perjanjian bahwa siapapun yang salah menebak, berarti kalah & harus siap menerima konsekuensi menjadi budak selamanya alias seumur hidup & tentu saja harus taat serta mematuhi apapun yang dikehendaki pemenang.

Setelah keduanya saling menyepakati, akhirnya Kadru bertaruh untuk warna hitam bagi Kuda Ucacihsrawa sementara Winata bertaruh bahwa Kuda tersebut berwarna putih. Mendengar sang ibunda salah bertaruh, para Naga yang merupakan anak dari Kadru membocorkan pada ibundanya bahwa yang benar ialah berwarna putih. Namun kelicikan Kadru tidak berhenti sampai disitu, Kadru pun memerintahkan anak-anaknya guna menyembur Bisa mereka agar merubah warna Uccaihsrawa yang tadinya putih menjadi tampak hitam.

Akhirnya siasat Kadru berhasil, ketika Uccaihsrawa tiba & melewati Kadru dan Winata terlihat Kuda Uccaihsrawa yang seharusnya berwarna putih kini hitam akibat bisa dari para Naga. Akhirnya, Winata dinyatakan kalah & harus menerima konsekuensi sebagaimana yang mereka berdua sepakati sebelumnya hingga sisa umurnya.

Mengetahui sang ibunda dicurangi oleh Kadru & Anak-anaknya, Garuda sangat marah & naik pitam atas kelicikan mereka yang telah secara nyata membuat kebohongan besar yang mengakibatkan sang ibunda harus menanggung menjadi budak dari Kadru. Dengan amarah yang begitu meluap, Garuda pun menyerang Naga sebagai bentuk baktinya pada sang ibunda.

Namun karena keduanya sama-sama putra dari Resi Kasyapa, tentunya kekuatan serta kesaktian yang dimiliki oleh keduanya baik Naga maupun Garuda berakhir seimbang, perang yang sengit & dahsyat di atas langit sepanjang masa ini lah yang menjadi simbol dari keabadian peperangan diantara Kebaikan serta Kebatilan.

Dengan peperangan yang kian lama panjangnya & seolah tiada ujung, akhirnya para Naga memberikan penawaran pada Garuda dalam bentuk pengampunan perbudakan pada Winata dengan syarat sang Garuda mampu memberikan air suci yang bernama amertha sari, guna mendapat keabadian. Tanpa piker panjang, Garuda pun mengiyakan permintaan para Naga asalkan ibundanya dapat ia bebaskan kembali.

Garuda pun mengembara mencari tirta suci yang dimaksud para Naga, ditengah perjalanannya Garuda bertemu dengan Dewa Wisnu & mencoba meminta amertha sari tersebut. Dewa Wisnu pun berjanji memberi air tersebut dengan syarat sang Garuda sanggup menjadi tunggangan bagi Dewa Wisnu. Setelah menyanggupi permintaan sang Dewa, Garuda pun membawa tirta suci tersebut menggunakan Kamandalu sebagai wadah dari Amertha sari dengan menggunakan rumput ilalang sebagai talinya.

Tatkala akan mandi menggunakan Amertha Sari guna mewujudkan keinginannya mendapat keabadian, Dewa Indra yang kala itu kebetulan tengah melintas langsung mengambil alih tirta suci. Ketika wadah Kamandalu tersebut direbut, terperciklah Amertha sari melalui tali ilalang, tanpa berfikir & seolah tak ingin menyianyiakan tirta suci tersebut meski hanya setetes, para Naga langsung menjilati tali tersebut. Dari situ lah asal-usul mengapa Naga & keturunannya hingga hari ini semuanya mempunyai lidah yang bercabang, akibat terluka & terbelah menjadi 2 ketika menjilat Tali ilalang yang begitu tajam.

Sementara cerita dari kegigihan sang Garuda sendiri yang begitu sigap membebaskan & membela ibundanya dari belenggu perbudakan para Naga yang tanpa belas kasih & peri kemanusiaan inilah konon dijadikan rujukan oleh founding fathers kita yakni Bung Karno & Hatta secara filosofis, sebagaimana para pahlawan yang telah gigih & siap mengorbankan apapun demi kemerdekaan & kebebasan bumi pertiwi dari belenggu penjajahan.

Garuda yang begitu gagah perkasa pun digunakan sebagai lambang Negara dengan harapan bahwa suatu saat, Indonesia mampu menjadi bangsa yang tak hanya besar namun juga bebas untuk menentukan nasib serta masa depannya secara mandiri.

Tempat Wisata Di Bali

Lokasi Garuda Wisnu Kencana
Bagi anda yang ingin berkunjung ke taman budaya Garuda Wisnu Kencana ini, dapat langsung mengarah ke alamat yang letaknya di Desa sekaligus Kelurahan di kawasan Kecamatan Kuta Selatan yakni Ungasan. Melalui Jl.Raya Uluwatu yang masih berada di Kabupaten Badung, di Tanjung Nusa dua Bali. Dengan locationnya yang berada pada dataran yang berupa batuan padas pada perbukitan kapur serta menatap langsung kawasan pariwisata di bagian pesisir selatan Pulau Bali, tentunya menjadikan kawasan wisata ini begitu diminati pengunjung.

Keunikan & Keindahan Garuda Wisnu Kencana
Bagi anda yang pernah atau kerap berwisata di Pulau nan cantik ini, terutama bagi anda yang menggemari Pantai Balangan maupun Pandawa, Melasti & Uluwatu tentunya tak asing dengan tempat wisata yang satu ini. Garuda Wisnu Kencana ini memiliki posisi yang sangat menguntungkan, dimana keberadaannya sejalur dengan arah menuju pantai-pantai yang tentu sudah familiar bagi wisatawan Bali. Terutama bagi anda yang kebetulan melalui arah Kuta maupun Denpasar untuk menuju pantai tersebut, tentunya akan menemui Gerbang Utama dari Garuda Wisnu Kencana dengan posisi di bagian kiri jalan.

Di Taman Budaya ini, pengunjung akan menemukan beberapa relief yang mengisahkan tentang garuda melawan para Naga demi melepaskan sang ibunda dari perbudakan. Selain itu tentunya yang kerap kali menjadi icon & sangat digandrungi wisatawan ialah bagian torso alias patung tubuh dari sosok yang digambarkan sebagai Dewa Wisnu serta patung kepala dari sang Garuda. Beberapa kali terlihat begitu antusiasnya para wisatawan, yang seolah tak ingin tertinggal dengan yang lain dalam mengabadikan foto pada patung yang berbahan kuningan yang dipadu dengan tembaga setinggi 22m di tempat tersebut.

Tepat di bagian belakang area patung torso Dewa Wisnu atau kerap disebut Plaza Wisnu ini, terdapat Garuda Plaza yang juga menyedot perhatian para pengunjung dimana kepala Garuda dengan tinggi lebih kurang 18m ditempatkan. Menurut laman wiki, spot ini bahkan menjadi salah satu titik dimana focus dari lorong raksasa dengan pilar-pilar besar setinggi 25m berbahan batu kapur berukir berada yang dikenal dengan sebutan Gapura Batu di kawasan Lotus Pond.

Tak hanya sebagai destinasi wisata maupun budaya, taman Garuda Wisnu Kencana ini sejatinya juga dijadikan sebagai salah satu wisata religi bagi para umat Hindu menuju Parahyangan Somaka Giri, yang konon dipercaya sebagai sebuah air suci yang dikeramatkan yang memiliki tuah dalam berbagai khasiat. Penasaran apa saja yang ada di GWK ini? Beberapa diantaranya ialah :

Garuda Wisnu Kencana Indah

  1. Wisnu Plaza
Terletak pada lahan tertinggi pada denah kawasan Garuda Wisnu Kencana, menjadikan pemandangan dari panorama alam sekitar di tempat ini menjadi begitu menakjubkan. Pantas rasanya bila banyak orang yang begitu antusias & tak kuasa antre demi berfoto bersama Sang Dewa meski baru berwujud torso tanpa tangan.
  1. Parahyangan Somaka Giri
Kawasan selanjutnya yang tentunya berdekatan dengan Wisnu Plaza ialah Parahyangan Somaka Giri, yang menjadi tempat dimana air suci berada. Konon katanya air mancur maupun air sumur yang ada ditempat ini tak pernah mengering meski tengah dilanda musim kemarau.

Air ditempat ini, telah dipercaya secara historis & turun menurun oleh masyarakat sekitar memiliki tuah tersendiri. Adapun tuahnya ialah memiliki berkat dengan kadar magis tinggi, yang mampu mengobati penyakit serta memohon pada dewa hujan agar air yang dikeramatkan ini tetap mengalir selama musim kemarau demi hasil panen.

Hal ini pun ditambah dengan lokasinya yang berada di ketinggian, yang seringkali diaangap sebagai tempat keramat yang membuatnya diyakini sebagai air suci. Keberadaan tempat ini sendiri acap kali meningkatkan naluri pengunjungnya, guna mendapat pencerahan baik dari segi pikiran, lahir maupun batin.
  1. Garuda Plaza
Salah satu icon tersohor selain torso Dewa Wisnu, terletak di Plaza yang satu ini. Sebuah bagian dari patung kepala sang Garuda konon katanya mempunyai nilai magis nan tinggi. Patung yang merupakan buah dari tangan dingin sang arsiteknya ini, menjadi salah satu landmark yang begitu digemari wisatawan dalam berfoto ria maupun menikmati ukiran yang terpahat indah secara mendetail dari dekat.


  1.  Tirta Agung
Lokasi yang tak kalah penting selanjutnya ialah Tirta Agung, yang merupakan tempat disimpannya bagian lengan dari patung Dewa Wisnu. Sama seperti patung lainnya, meski ini hanyalah bagian tangannya saja, namun detail & proporsinya begitu mendetail.

Lokasi: Jl. Raya Uluwatu, Ungasan, Kuta Selatan, Kab. Badung, Bali 80364
Map: Klik Disini
HTM: Rp. 70.000 (weekday) & Rp. 80.000 (Weekend)/Orang (Dewasa); Rp. 60.000 (Weekday) & Rp. 70.000 (Weekend)/Orang (Anak-anak)
Buka/Tutup: 08.00 – 22.00 Wita
Telepon: (0361)-700-808

Share:

0 Comments