Tempat Wisata Museum Gajah
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam melimpah sehingga banyak orang yang senang tinggal di negeri ini. Ternyata kekayaan tanah Indonesia sudah semenjak dahulu dari ratusan dan bahkan ribuan tahun lalu. Hal ini terbukti dengan ditemukannya fosil-fosil manusia purbakala di beberapa tempat seperti di Mojokerto, Tulung Agung, Solo, Yogyakarta dan tempat lainnya.
Fosil-fosil temuan tersebut masih bisa kita lihat di Museum Nasional yang mengabadikan penemuan tersebut untuk dipamerkan kepada masyarakat umum agar bisa menjadi sumber pengetahuan tentang zaman pra sejarah. Koleksi zaman pra sejarah ini dikelompokkan pada 7 jenis, yaitu pra sejarah, keramik, arkeologi, sejarah etmografi dan geografi serta numismatik-heraldik.
Banyak sekali koleksi benda-benda pra sejarah seperti tengkorak, lengan, gigi, dan peralatan yang digunakan manusia purbakala pada masa itu. Ada juga replika atau diorama yang menggambarkan tentang kondisi di zaman pra sejarah agar pengunjung bisa lebih memahami tentang kehidupan manusia purbakala. Ada pula paleografi tentang terjadinya pulau Indonesia yang terbagi sampai ratusan pulau dan menjadi negara kepulauan.
Selain memiliki koleksi temuan zaman pra sejarah, Museum Nasional juga memiliki koleksi unik dari tempo dulu lainnya, seperti perunggu, patung dan arca kuno, tekstil dan masih banyak lagi. Benda-benda tersebut meliputi batu-batuan kuno, alat tradisional untuk bercocok tanam, alat-alat pembuatan batik, koleksi berbagai macam keris, rupa-rupa wayang golek, alat musik tradisional, kapal layar, perahu kecil, batu relief, dan situs-situs candi serta benda-benda peninggalan nenek moyang lainnya.
Banyak sekali negara yang memiliki museum tentang benda purbakala seperti National Museum London, Museum Nasional Tokyo, serta Museum Nasional Korea dan National Museum of Singapore. Sedangkan di Indonesia ada juga meseum serupa yaitu, Museum Nasional Ketransmigrasian yang berada di Lampung.
Sejarah Museum Nasional
Sekitar awal abad ke-19 M, bangsa-bangsa Eropa yang tinggal di Nusantara mendirikan sebuah perkumpulan yang bertujuan untuk kepetingan tentang penelitian alam di negeri ini. Selanjutnya ketua organisasi tersebut yang berasal dari Inggris bernama Sir Thomas Stamford Raffles mendirikan sebuah gedung di daerah Kali Besar, Batavia. Gedung tersebut digunakan untuk pertemuan dan tempat penyimpanan hasil temuan dari semua penelitian. Bekas gedung tersebut masih ada di Jalan Majapahit no.3 yang sekarang menjadi kantor Sekretariat Negara.
Karena banyaknya hasil temuan berbagai macam penelitian yang dilakukan, membuat gedung penyimpanan tersebut tidak mampu lagi menampung koleksinya. Maka dibuatlah gedung baru yang berada di daerah Gambir yang sekarang menjadi Museum Nasional. Gedung tersebut resmi dijadikan museum pada tahun 1868 dan dibuka untuk umum.
Setelah Indonesia merdeka, museum tersebut di kelola oleh Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI) pada tahun 1950. Kemudian pada tahun 1962, LKI menyerahkan pengelolaan gedung tersebut sepenuhnya kepada pemerintah republik Indonesia. Akhirnya pada tahun 1979, pemerintah Indonesia meresmikan gedung tersebut dengan mengganti namanya menjadi Museum Nasional. Hingga sekarang gedung tersebut milik pemerintah Indonesia sebagai arsip nasional. Selanjutnya pemerintah RI pusat menyerahkan sepenuhnya kepada pihak Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar)untuk mengelolanya.
Kemudian pihak Kemenbudpar berusaha untuk mengembangkan Museum Nasional agar bisa menjadi cagar budaya yang bisa mencerdaskan bangsa tentang sejarah Indonesia. Museum ini dibuka untuk umum dan siapa saja bisa mengunjungi tempat ini untuk mengenal lebih jauh tentang masa lalu bangsa Indonesia. Masyarakat lebih suka menyebut tempat ini dengan nama Museum Gajah, karena di depan gedung ada patung gajah yang terbuat dari perunggu.
Alamat Museum berada di Jalan Medan Merdeka Barat No.12 Gambir, Jakarta Pusat. Lokasi gedung berada di pinggir jalan raya Medan Merdeka dan dilewati jalur Busway sehingga mudah untuk menjangkaunya. Museum ini mulai buka jam 08.00-16.00 pada hari-hari kerja, sedangkan weekend ditutup jam 17.00. Letak Gedung di sebelah selatan Monas dan berada di sebelah barat stasiun kereta Gambir sesuai dengan peta yang bisa dilihat di Google Map.
Koleksi Museum Nasional
Setelah melewati pintu gerbang utama di halaman depan museum, para pengunjung akan disambut sebuah karya seni relief yang berbentuk gelombang waktu berwarna hitam. Karya seni tersebut hasil besutan dari seorang seniman asal Bali yang bernama Nyoman Nuarta dan diberi judul “Ku Yakin Sampai Di sana”. Sebuah gambaran tentang perjuangan nenek moyang dalam menempuh waktu yang panjang. Dalam relief tersebut terdapat banyak sekali orang-orang yang terbawa arus waktu hingga ribuan tahun.
Sebelum masuk ruangan museum, para pengunjung harus melewati pintu detektor logam dan menitipkan tasnya kepada petugas. Selain itu, tidak boleh membawa makanan dan minuman. Gedung ini berada di sebelah timur dan merupakan gedung lama karena bangunan ini terpisah dari gedung baru yang ada di sebelah barat. Namun sejak tahun 2019, loket pembelian tiket sudah dialihkan ke gedung 2 di sebelah barat serta disediakan buku panduan kecil setelah membayar harga tiket sebesar Rp.5000.
Memasuki ruang Museum Nasiona di gedung lama, pertama kali benda-benda yang akan dilihat adalah beberapa arca atau patung yang sudah berusia ratusan tahun. Banyak sekali koleksi patung yang memenuhi ruangan dari ukuran terkecil sampai yang terbesar. Terdapat patung raksasa Bhairawa yang sedang berdiri diatas kumpulan tengkorak dan ditangannya memegang sebuah tengkorak sebagai gelas minuman.
Jika dihitung, ada 141.000 lebih artefak peninggalan dari kerajaan Sriwijaya sampai Majapahit. Keluar dari ruang utama menuju ruang tengah yang terbuka masih banyak arca dan patung yang terdapat di seluruh dinding gedung. Di halaman tengah dengan taman rumput yang terbuka terdapat banyak sekali situs-situs batu-batuan zaman Megalitikum yang tertata rapi dan menambah keindahan halaman. Megalitikum merupakan masa peralihan dari zaman bercocok tanam menuju zaman logam.
Memasuki ruang Keramik, para pengunjung akan melihat beberapa patung kecil serta alat-alat rumah tangga tempo dulu. Diantaranya seperti kendi untuk tempat minuman serta wajan sebagai tempat makanan yang terbuat dari tanah. Selain itu,banyak sekali guci-cuci yang terbuat dari keramik yang berasal dari Cina dan Vietnam yang terletak di sisi ruangan.
Bentuk guci dan keramik tersebut memang terlihat aneh bagi masyarakat Indonesia. Seluruh benda-benda tersebut diletakkan dalam ruangan dan lemari kaca. Hal ini karena koleksi tersebut merupakan benda-benda yang mudah pecah sehingga perlu dijaga agar tidak rusak.
Ruang selanjutnya adalah koleksi rumah-rumah adat yang ada di seluruh tanah air seperti yang ada di TMII. Terdapat mini replika rumah adat yang diletakkan dalam lemari kaca. Lebih dari puluhan replika yang ada dan setiap mini replika dilengkapi dengan foto dan keterangannya sehingga semua pengunjung bisa tahu identitas rumah adat tersebut.
Bahan-bahan mini replika rumah adat terbuat dari kayu jati, kayu nangka, bambu, rotan serta kayu-kayu lainnya yang awet dan tahan lama. Sedangkan atap rumah menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari daun-daunan, alang-alang serta rumput.
Khusus untuk daerah Tana Toraja, bentuk rumah masyarakat di propinsi Sulawesi Selatan itu sama semuanya baik kaya ataupun miskin. Yang menjadi pembeda adalah, untuk kalangan orang kaya ada kepala kerbau di halaman rumahnya. Semakin banyak kepala kerbau, maka semakin kaya orang yang menghuni rumah tersebut.
Kalau rumah joglo, para pengunjung pasti sudah mengetahui darimana asalnya yaitu tradisi dari Jawa. Namun masih banyak sekali kebudayaan Jawa lainnya seperti tempat tidur dengan ukir-ukiran beserta kasur dan bantalnya dengan guci di sekelilingnya serta sepasang patung pria dan wanita. Tradisi tersebut bukanlah kamar yang digunakan sebagai tempat tidur penghuni rumah, namun sebagai tempat pemujaan kepada Dewi Sri sebagai rasa syukur sawahnya telah menghasilkan panen.
Tradisi pemujaan kepada Dewi Sri ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, tepatnya pada masa Mataram kuno atau Jawa kuno sekitar abad ke-3. Namun masyarakat Jawa sudah jarang melakukan upacara seperti itu karena sudah diganti dengan Syukuran, Kenduren, serta Nyadran.
Fenomena unik lainnya adalah nenek moyang kita banyak yang membangun rumah panggung dan hampir ada di semua propinsi. Hal ini karena jika hidup di daerah pedalaman untuk menghindari binatang buas masuk ke dalam rumah. Sedangkan masyarakat pesisir membangun rumah panggung untuk menghindari terkena banjir atau juga rob.
Melangkah ke ruang selanjutnya adalah ruangan yang berisi tentang alat-alat tradisional dari pulau Irian zaman dahulu kala. Ada sebuah sampan kecil panjang sejenis kano yang berada di tengah ruangan yang panjangnya memenuhi seluruh ruangan. Sedangkan peralatan-peralatan kapal lainnya diletakkan dipinggir ruangan dalam lemari kaca.
Selanjutnya adalah ruangan yang berisi tentang karya seni nenek moyang bangsa ini, seperti ukir-ukiran kayu, patung kayu serta satu set alat musik gamelan lengkap. Masih banyak koleksi ukur-ukiran kayu sebagai simbol dari suku dan masyarakat Indonesia. Masih ada lagi koleksi lainnya yang memenuhi ruangan seperti rumah adat yang diletakkan dalam lemari kaca.
Lokasi: Jl. Medan Merdeka Barat No.12, Gambir, Jakarta Pusat, 10110
Map: KlikDisini
HTM: Rp.5000/Orang
Buka/Tutup: 08.00-16.00
Telepon: (021) 3868172
Tags:
Tempat Wisata
0 Comments