Sponsor

Tempat Wisata Museum Wayang



Wayang merupakan seni kebudayaan asli Indonesia yang diwariskan nenek moyang Nusantara sejak ratusan tahun lalu. Banyak sekali jenis wayang di negara kita, ada wayang kulit, wayang golek, wayang janur dan wayang rumput serta wayang-wayang lainnya. Pemerintah dan para seniman berusaha untuk melestarikan kesenian wayang dengan membangun museum.
Museum Wayang Jakarta
Banyak sekali museum wayang yang tersebar di Indonesia seperti Museum Wayang Jakarta yang ada di Kota Tua, Museum Kekayon yang ada di Bantul, Yogyakarta, Museum Sanggar Gubug Wayang di Mojokerto, Museum Wayang Wuryantoro di Wonogiri, Museum Sendang Mas di Banyumas. Selain itu, ada Museum Wayang Sasana Guna Rasa di Magelang, letak museum ini sekitar 500 meter dari lokasi candi Bororbudur. Museum lainnya adalah Museum dan Artefak di Purbalingga, sedangkan kota Purwakarta juga memiliki museum, yaitu Museum Galeri Wayang.

Beberapa museum tersebut memiliki koleksi wayang dengan ciri khas dari kotanya masing-masing. Namun hal ini berbeda dengan Museum Wayang Jakarta yang memiliki semua jenis wayang yang ada di Indonesia secara lengkap dan bahkan dunia. Hampir semua jenis wayang yang ada di Indonesia bisa ditemukan di museum ini.

Musem Wayang Jakarta memiliki lebih dari 5500 koleksi semua benda yang berkaitan dengan dunia pewayangan. Tentu saja museum ini menjadi tempat terbaik untuk bisa mengetahui dan belajar tentang sejarah wayang serta semua hal yang memiliki kaitan dengan kesenian wayang. Tujuan pembangunan museum ini adalah, agar bisa memberikan manfaat kepada pengunjung domestik dan luar negeri.
Mengenal Sejarah Wayang
Museum Wayang Jakarta ber ada di kawasan tempat wisata Kota Tua, alamat lengkapnya di Jl.Pintu Besar Utara no.27. Posisi gedung berada di depan Museum Fatahillah sebelah barat atau sebelah selatan Kota Tua Square. Museum ini menempati gedung yang memiliki corak dan gaya nuansa klasik bekas bangunan Belanda. Gedung ini dibangun pertama kali pada tahun 1640 dan digunakan sebagai gereja yang bernama “De Oude Hollandsche Kerk” atau Gereja Lama Belanda.

Koleksi Museum Wayang Jakarta
Setelah melewati pintu masuk museum, para pengunjung akan melihat wayang golek Gatot kaca berukuran besar yang bersanding dengan permaisurinya, yaitu Pergiwa. Wayang tersebut berasal dari Sunda dengan ciri khas boneka yang terbuat dari kayu. Selanjutnya ada artefak yang menempel pada dinding dengan artikel bahasa Belanda tentang sejarah dan misteri pembangunan gedung tersebut.

Di bawah artefak, ada patung Semar model Banyumas dengan mulut terbuka karena filosofi Semar adalah seorang Begawan yang bijaksana dan suka tertawa. Selanjutnya ada koleksi wayang golek khas dari Sunda seperti, Hanoman, Gatotkaca, dan Rahwana. Ada juga wayang Golek khas Bogor yang diletakkan dalam lemari kaca. Ukuran wayang golek tersebut berbeda-beda, ada yang berukuran kecil, sedang dan besar.
Menengok Aneka Wayang Buatan Indonesia
Masih banyak lagi koleksi wayang golek lainnya seperti Rama dan Shinta yang sedang bercengkrama dengan burung Garuda. Pada ruangan pertama ini memang khusus untuk memajang koleksi wayang dari Jawa Barat, diantaranya adalah wayang golek Bandung seperti Ramawijaya, Duryudana, dan Cepot. Selain itu, masih ada lagi koleksi lainnya seperti wayang golek Ciawi, Lenong Betawi dan lainnya. Sebelum pintu keluar dari ruangan ini, ada lukisan Semar dan Petruk yang diletakkan dalam lemari kaca.

Selanjutnya adalah ruang terbuka bekas makam yang terdapat prasasti tentang nama-nama para pejabat Belanda yang dimakamkan di ruangan tersebut. Semua bentuk prasasti menempel pada dinding sebelah kiri dan kanan ruangan dan ditulis dalam bahasa Belanda. Pada tanah bekas makam tersebut, dibuat sebuah taman dengan banyak sekali tumbuhan agar suasana lebih segar dan tidak menyeramkan. Biasanya para pengunjung senang berada disini untuk mengambil foto dengan latar belakang prasasti.

Di ruangan selanjutnya terdapat koleksi boneka dengan wajah seram, terutama boneka wayang dari Sumatera Utara dengan bentuk kepala tanpa badan. Boneka tersebut bernama Si Gale-gale dan hanya dimainkan ketika upacara kematian. Wayang ini adalah sumbangan langsung dari Gubernur Sumatera Utara sehingga merupakan koleksi asli yang berasal dari sumbernya langsung.
Terletak di Pusat Kota Jakarta
Ada juga boneka berwajah hitam kelam dengan kumis panjang serta berjanggut dan memiliki sorot mata yang tajam dengan memakai baju hijau. Selain itu, ada juga lukisan seorang sinden yang menatap bapak dalang yang sedang memainkan pertunjukan wayang. Masih banyak lagi koleksi boneka lainnya yang diletakkan dalam lemari kaca seperti kumpulan boneka-boneka anggota Si Unyil yang populer pada tahun 90-an. Si Unyil merupakan bentuk wayang golek modern asli dari Indonesia yang dibuat Drs, Suyadi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pak Raden.

Selanjutnya adalah ruangan Wayang Revolusi yang menjadi salah satu koleksi andalan dalam museum ini. Boneka-boneka Wayang Revolusi bercerita tentang perjuangan para pahlawan tanah air dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ada boneka Si Pitung dan teman-temannya yang berhadapan dengan para tentara Belanda beserta antek-anteknya.

Terdapat lukisan yang unik yaitu para Punakawan yang memakai mahkota di kepalanya. Lukisan ini memiliki judul “Punakawan Jadi Raja”, tentu saja lukisan ini bercerita bahwa rakyat biasa juga bisa menjadi seorang raja. Keunikan lainnya yaitu, adanya beberapa boneka Si Manis Jembatan Ancol yang terkenal angker, yaitu wanita muda yang memakai kerudung merah.
 
Bangunannya Tempo Dulu
Di ruangan Wayang Revolusi terdapat tangga untuk menuju ke lantai 2. Setelah melewati tangga, koleksi pertama yang akan ditemui para pengunjung adalah sebuah lukisan besar yang berjudul “Perang Mahabharata”. Lukisan tersebut adalah gambar tentang dahsyatnya perang Bharata Yudha dan tempat dimana perang terjadi antara pasukan Pandawa melawan Kurawa. Dalam lukisan tersebut, tampak Bima atau Werkudara dari pihak Pandawa sedang menaiki kereta perang yang sedang berhadapan dengan Duryudana dari pihak Kurawa.

Dibawah lukisan tersebut, terdapat koleksi topeng dari kota Cirebon dan Surakarta. Ada juga koleksi lukisan lainnya yaitu tentang kisah Pandawa ketika bersama dengan ibunya yang dibuat oleh seorang pelukis dari Cirebon. Selain itu, ada juga lukisan para Pandawa dan para Punakawan yang juga berasal dari pelukis Cirebon.Koleksi lainnya adalah beberapa wayang kulit Punakawan yang diletakkan dalam lemari kaca.

Melangkah ke ruangan selanjutnya ada koleksi Wayang Purwa dan terdapat denah silsilah mengenai Wayang Purwa. Terdapat juga koleksi beberapa boneka Cepot, yaitu wayang golek khas Jawa Barat. Ada wayang kulit Puntadewa yang sedang memperlihatkan kesaktiannya dengan menjelma menjadi raksasa. Wayang lainnya adalah prabu Kresna yang juga berubah menjadi raksasa. Masih banyak lagi koleksi wayang dari Bali, Surakarta dan Cirebon seperti wayang Beber, wayang Janur dan juga wayang kardus.
Salah Satu Koleksi Museum Wayang
Ternyata, ada juga wayang kulit Presiden Soekarno yang sedang berpidato atau membaca teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Selain itu, ada juga wayang Pangeran Diponegoro dan para pahlawan lainnya yang sedang berhadapan dengan penjajah Belanda. Tak ketinggalan pula, ada sebuah gamelan sebagai alat musik dalam pewayangan yang ikut menghiasi lemari kaca museum ini.
Pindah ke ruang selanjutnya ada koleksi wayang kulit dan boneka luar negeri dari Asia dan Eropa.

Wayang kulit pertama yang bisa dijumpai berasal dari Malaysia, yaitu Lesmana dengan tubuhnya yang berwarna merah dengan membawa sebuah pedang. Selanjutnya ada koleksi boneka dari India dan Thailand, kemudian ada boneka anak kecil dari Rusia. Koleksi lainnya adalah boneka sepasang pria dan wanita yang berasal dari Polandia tengah.

Ada juga beberapa boneka pria dan wanita yang berasal dari Cina. Di sebelahnya ada boneka yang sedang menari Kathakali berasal dari Kerala, India Selatan. Selanjutnya ada koleksi dari Vietnam, yaitu beberapa boneka yang menggambarkan kehidupan masyarakat di negara tersebut dari petani sampai orang kaya yang sedang naik kuda.

Lokasi: Jl.Pintu Besar Utara No.27, RT.7/RW.7, Tamansari Pinangsia, Jakarta Barat 11110
Map: KlikDisini
HTM: Rp.5000/Orang
Buka/Tutup: 09.00-15.00
Telepon: (021) 6929560

Share:

0 Comments