Sponsor

Tempat Wisata Museum Taman Prasasti



Hampir semua peninggalan jaman kolonial Belanda memang selalu menyimpan sejuta cerita misteri sangat menarik untuk di bawah, untuk itu lah kita bagi warga negara Indonesia harus menyempatkan diri untuk menandatangani peninggalan jaman belanda yang ada di Indonesia, salah satunya adalah komplek makam Belanda yang ada di Jakarta dan kini dijadikan museum. Perlu anda ketahui bawa komplek pemakaman ini sangat bersejarah, karena sudah ada hampir 2 abad yang lalu. Komplek pemakaman tersebut yakni komplek Taman Museum Prasasti, yang berada di Tanah Abang 1 Jakarta Pusat.

Memang menjadikan kuburan sebagai tujuan rekreasi merupakan bukan pilihan yang biasanya di pilih oleh masyarakat kita untuk mengisi waktu luang mereka. Namun Museum Taman Prasasti yang terletak di tengah Jakarta ini merupakan sebuah museum yang memiliki banyak sekali koleksi barang unik seputar kuburan yang sudah ada sejak abad ke-18 dulu. Dimana banyak sekali koleksi yang dimiliki oleh museum ini, seperti nisan kuno, koleksi kereta jenazah pada jaman dulu dan ada juga miniatur atau tiruan berbagai macam bentuk makam khas 27 provinsi di Indonesia.

 

Sejarah Museum Taman Prasasti


Gedung Museum
Dari banyak museum sejarah yang sudah ada di Jakarta, mungkin Museum Taman Prasasti menjadi satu-satunya museum luar ruangan dan memiliki keunikan tersendiri jika di bandingkan dengan museum lainnya yang ada di Jakarta. Dimana museum ini terkenal dengan nuansa suram, sunyi dan teduh pepohonan yang tumbuh di sekitar area museum ini, mungkin nuansa tersebut timbul karena museum ini menyimpan banyak sekali sejarah kisah kematian para tokoh-tokoh penting dari berbagai periode penjajahan yang dilakukan negara Belanda ke Indonesia. Karena hal tersebutlah museum ini memang dikhususkan untuk menyimpan berbagai koleksi berhubungan dengan kuburan, seperti macam-macam bentuk nisan yang unik, koleksi patung, kereta jenazah hingga prasasti dari dua abad yang lain dengan nilai sejarah yang tinggi turut menghiasi di salah satu ruangan dari museum ini, tentu saja museum ini memiliki nuansa keangkeran tersendiri.

Sebelum diresmikan menjadi museum pada tahun 1977 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu yakni Ali Sadikin, dulunya tempat ini merupakan makam yang bernama Kebon Jahe Kober. Nuansa mistis yang dimiliki oleh area yang memiliki luas 1.2 hektar ini sangat kental sekali, di mana nuansa seram tersebut timbul karena makam Kebon Jahe Kober sendiri sudah ada sejak lama sekali.

beberapa spot foto yang ada di museum ini
Perlu anda ketahui bahwa makam Kebon Jahe Kober sendiri telah ada sejak masa kolonial Belanda, yakni pada tahun 1795, di mana pada masa itu terdapat suatu wabah yang mengakibatkan banyak sekali warga negara Belanda yang ada di Batavia meninggal. Kebetulan pada saat itu kuburan warga Belanda yang berada di samping Gereja Nieuwe Hollandse Kerk (yang sekarang menjadi Museum Wayang) sudah terlalu padat makam, karena hal tersebut lah dibutuhkan banyak tambahan lahan kuburan untuk mengubur para jenazah yang meninggal karena wabah tersebut.

Karena semakin hari semakin banyak warga Belanda di Batavia yang meninggal, membuat pemerintahan Batavia akhirnya membuka lahan pemakaman baru di bagian Selatan Batavia. Lokasi makam baru yang dipilih memang sengaja di pinggiran kota supaya jauh dari kepadatan pendudukan Batavia pada saat itu.

Dari segi posisi dari Makam Kebon Jahe Kober ini bisa di bilang sangat strategis karena berada di bantalan kali Krukut. Hal ini membuat proses pengangkutan jenazah dan keluarga berduka pada saat itu bisa melewati kali Krukut. Sejak saat itulah makam Kebon Jahe Kober di jadikan salah satu makam warga Belanda, namun pada tanggal 9 Juli 1977, pemakaman Kebon Jahe Kober dijadikan sebuah museum dan dibuka untuk umum atau sebagai tempat wisata yang memiliki koleksi berupa prasasti dan nisan makam sebanyak 1.372. di mana nisan makam tersebut terbuat dari berbagai macam bahwa seperti terbuat dari marmer, perunggu dan batu alam. Namun karena perkembangan kota Jakarta yang cukup pesat, luas museum atau makam ini mengalami penyusutan dan kini hanya tinggal 1,3 ha saja.

 

Daya Tarik Museum Taman Prasasti


nisan keluarga A. J. W. Van Delden
Sebaik tempat wisata yang unik, tentu saja Museum Taman Prasasti ini memiliki daya tarik tersendiri. Sehingga meskipun menyeramkan, namun tempat wisata ini masih saja di kunjungi oleh beberapa orang yang penasaran dengan apa saja yang ada di dalam area museum ini. Nah untuk anda yang juga penasaran mengenai sisi dari museum ini, berikut kami memberikan sedikit ulasan mengenai apa saja yang di dalam Museum Taman Prasasti ini.

Pada saat para pengujung datang ke lokasi dari Museum Taman Prasasti ini, maka hal pertama yang akan mereka lihat adalah dua buah kereta jenazah yang berada tepat sebelah tempat untuk membeli tiket masuk Museum. Setelah para pengujung membeli tiket, maka mereka akan memasuki gerbang utama dari museum ini. Di mana para pengunjung akan melihat banyak sekali hamparan batu nisan yang memiliki bentuk unik. Selain melihat hamparan batu nisan para pengujung juga akan melihat sebuah lonceng, di mana menurut pengurus dari museum ini lonceng tersebut merupakan lonceng kematian. Hal ini karena pada jaman dulu lonceng yang terbuat dari perunggu tersebut dulunya di pasang pada sebuah tiang dekat dengan pelabuhan yang memiliki tinggi 4 meter, nah ketika jenazah telah tiba di pelabuhan maka lonceng tersebut akan dibunyikan sebagai tanda.

Setelah itu pada sebelah kiri dari lonceng tersebut, para pengunjung yang melihat sebuah patung perempuan tampak sedang menangis. Di mana menurut legenda yang beredar, bahwa patung tersebut berasal dari seorang perempuan yang merasa sedih karena ditinggal suaminya yang dinikahi beberapa bulan karena wabah penyakit malaria kala ini. Karena hal tersebutlah sang istri merasa kehilangan dan akhirnya karena tidak kuat menahan kesedihan tersebut, perempuan tersebut akhirnya memutuskan untuk gantung diri. Nah untuk memperingati kejadian tersebut, akhirnya keluarga dari perempuan tersebut membuat sebuah patung yang di tempatkan di samping makam pasangan suami istri tersebut.

beberapa prasasti yang ada di msueum ini
Jalan sedikit ke kiri dari patung tersebut, maka para pengujung akan melihat dua peti jenazah yang di taruh dalam lemari kaca. Kedua peti jenazah tersebut dulunya pernah digunakan untuk mengangkut president dan wakil president pertama Indonesia, yakni bapak Soekarno dan Mohammad Hatta. Di mana salah satu dari peti tersebut membawa jenazah dari sang proklamator Indonesia dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat ke Wisma Yaso yang sekarang dijadikan Museum Satria Mandala, setelah sampai di tempat tersebut maka jenazah dari bapak Soekarno tersebut di semayamkan. Sementara peti yang satunya digunakan untuk mengangkut jenazah dari bapak Mohammad Hatta dari Rumah Sakit Dr. Tjitpto Mangunkusumo (RSCM) ke Tempat peristirahatan terakhirnya yakni di Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir. Hal tersebut memang sesuai keinginan dari Bung Hatta, di mana beliau ingin dimakamkan di tengah-tengah masyarakat.

Di sebelah kanan dari kedua peti jenazah Bung Karno dan Bung Hatta, para pengujung akan melihat sebuah tugu yang dengan tulisan bahasa Jepang. Di mana tugu tersebut digunakan sebagai pengingat para tentara Jepang yang tewas melawan sekutu. Hal tersebut dibuktikan dengan ketika ada perwakilan dari Kedutaan Jepang datang ke Indonesia, maka para perwakilan tersebut akan menyempatkan diri untuk datang ke museum ini dan akan sembahyang di depan tugu peringatan tersebut.

Daya tarik yang dimiliki dari Museum Taman Prasasti yang selanjutnya adalah berada di depan tugu Jepang tersebut. Di mana di depan Tugu tersebut terdapat sebuah nisan berbentuk rumah. Banyak orang yang menyebutkan bahwa nisan berbentuk rumah tersebut merupakan tempat pemakaman dari keluarga A. J. W. Van Delden, merupakan seorang yang pernah menjabat sebagai ketua perdagangan VOC dan juru tulis di Indonesia Timur.


kereta jenazah jaman dulu
Masih di tempat yang sama yang sama, tepatnya berada sedikit lebih jauh dari tugu Jepang tersebut maka para pengujung yang melihat sebuah Nisan yang unik dan tersebut dari batu andesit. Di mana batu nisan tersebut merupakan nisan dari Olivia Mariamne Raffles, yang merupakan istri pertama dari Thomas Stamford Raffless yang saat itu masih menjabat menjadi Gubernur Letnan Jawa. Perlu anda ketahui bahwa Thomas Stamforf Raffles ini merupakan pencetus dari pembangunan Kebun Raya Bogor.

Olivia Mariamne Raffles yang wafat pada usia yang masih muda yakni sekitar usia 43 tahun juga dimakamkan di Pemakaman Kebon Jahe Kober. Sebagai bukti kecintaan Thomas terhadap sang istri, maka Thomas pun kemudian membangun sebuah tugu peringatan di lokasi Kebun Raya Bogor hal ini karena sang istri sangat mencintai dunia tanaman. Alasan kenapa Olivia di makamkan di pemakaman ini, karena dia pernah berpesan agar dimakamkan disebelah makam sahabatnya yakni John Casph Leyden yang sudah lama meninggal dan dimakamkan di pemakaman Kebon Jahe Kober ini.
Selain batu nisan yang berbentuk unik, terdapat pula beberapa batu nisan yang tampak besar dan megah, salah satunya adalah batu nisan dari seorang sastra jawa kuno yang bernama Dr. Jan Laurens Andries Brandes yang memiliki batu nisan berbentuk candi.

Di mana pada bagian atas batu nisan yang berbentuk candi tersebut terlihat tidak utuh, hal tersebut merupakan sebuah simbol bahwa Laurens masih memiliki keinginan yang belum tercapai sehingga batu nisannya dibuat seperti itu.

peti jenazah soekarno hatta
Terdapat juga batu nisan yang berbentuk seperti katedral berwarna hijau. Batu nisan ini dibuat untuk Panglima Perang bernama J. J. Pierrie karena jasanya yang dianggap besar oleh pemerintah. Ada pula nisan yang berbentuk tugu monumen yang dimiliki oleh Direktur Jenderal Finansial Hindia Belanda yakni L. Launy. Masih banyak lain koleksi nisan yang dimiliki oleh Museum Prasasti ini, berikut adalah beberapa nisan dan prasasti yang ada di sana.

Lokasi: Jl. Tanah Abang I No.1, Kelurahan Petojo Selatan, Kecamatan Gambir, Kota DKI Jakarta Pusat 10160
Map: KlikDisini
HTM: Rp.5.000/Orang
Buka/Tutup: 09.00-15.00
Telepon: (021) 3854060

Share:

0 Comments