Sponsor

Tempat Wisata Taman Ismail Marzuki



Berwisata memang tak melulu harus ke tempat-tempat dengan pemandangan alam yang indah, maupun ke tempat yang memiliki wahana permainan lengkap.

Menghabiskan waktu liburan baik itu bersama keluarga maupun bersama teman & pasangan, bisa juga dilakukan ditempat-tempat yang memiliki nilai edukasi baik sejarah, maupun keanekaragaman seni & budaya.



Jadwal Teater 2019

Seni sendiri memiliki beragam bentuk dalam penyajiannya, mulai dari seni yang bisa dinikmati dengan pendengaran seperti seni tarik suara, seni musik, dan juga seni sastra yang hadir dalam bentuk puisi maupun pantun.

Adalagi seni yang memiliki bentuk yang dapat dinikmati dengan penglihatan, contohnya seni lukis, seni bangunan, seni gerak beladiri, seni tari. Sementara yang mengkombinasikan keduanya, ada seni teater, pertunjukan musik, film, wayang & masih banyak lagi

Sentral seni yang ada bagi warga ibukota Jakarta yang juga sering dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah ialah, Taman Ismail Marzuki. Penasaran seperti apa & apa aja yang ada di Taman Ismail Marzuki ini? Yuk simak sampai akhir informasi lengkap pada artikel yang satu ini.

 

Sekilas Sejarah

Taman yang kini dikenal dengan nama Taman Ismail Marzuki, ternyata telah berdiri sejak 10 November pada tahun 1968 silam.

Nama dari Taman ini sendiri, diambil dari seorang tokoh komponis Nasional yang menciptakan sebuah lagu yang sudah sering kita dengarkan yakni Halo-halo Bandung & rayuan pulau kelapa yang bahkan pohon kelapanya dijadikan logo Taman ini.

Taman Ismail Marzuki ini dibangun di lahan yang memiliki luas 9 hektar, dengan luas dari Taman Ismail Marzukinya sendiri seluas 72000 M2. Taman ini pertama kali diresmikan oleh Gubernur DKI saat itu, yakni bapak Ali Sadikin.

Letak dari Taman Ismail Marzuki sendiri, berada di alamat Jalan Cikini Raya dengan Nomor 73 Menteng, Jakarta Pusat. Pada mulanya di lokasi ini, merupakan sebuah taman rekreasi yang diperuntukan bagi umum dengan nama Taman Raden Saleh.

Di Taman Raden Saleh ini, para pengunjung bisa menikmati udara segar ditengah ibukota, dilengkapi dengan pertunjukan beragam hewan inilah yang kemudian merupakan cikal bakal dari pendirian Ragunan & Balap anjing.

Tak hanya itu, sepatu roda yang dulu sempat hits juga bisa dimainkan di lapangan semen yang diperuntukan untuk penggemar sepatu roda.



Malam hari
Penamaan Taman Raden Saleh ini merujuk pada nama pemiliknya yakni Bapak Raden Saleh, yang merupakan pelukis kenamaan.

Fasilitas lain yang tak kalah seru ditempat ini pada jaman dulu yakni tersedia dua gedung sebagai tempat nonton Bioskop, Podium serta Garden Hall untuk hiburan di malam hari bagi pengunjung yang gemar menonton film.

Setelah kebun binatang pindah ke Ragunan, tanah ini pun dihibahkan oleh sang pemilik kepada Pemerintah DKI Jakarta sebagai wadah bagi para seniman untuk dapat bebas berekspresi, berkreatifitas & juga berprestasi.

Di Taman Ismail Marzuki inilah, harapan akan lahirnya karya seni yang tercipta dengan sebuah kualitas akhirnya terwujud.

Panggung Taman Ismail Marzuki mulai dipenuhi dengan karya yang dipenuhi ide cemerlang, pemimpin dari Bengkel Teater Yogya yakni Rendra yang berasal dari Kampung Ketanggungan Wetan D.I Yogyakarta mampu meroketkan dramanya yang bertajuk Be Pop & SSSTTT menuju layar kaca di TVRI.

Tak puas sampai disitu, karya-karyanya yang lain yang berkonsep drama klasik yunani seperti Oedipus Rex, Hamlet, Menunggu Godot & karya pementasan mini kata lainnya pun turut sukses.
Nama-nama lain yang turut mewarnai Taman Ismail Marzuki diantaranya ada Sardono W. Kusumo yang merupakan Koreografer ternama dengan karyanya Samgita Pancasona, yang merupakan pentas tari dengan skala gerak tanpa batas.

Ada juga Farida Oetojo yang merupakan Balerina Kondang pada masanya dengan karya balerinanya yang begitu berani, ditambah lagi dengan pertunjukan musik berupa konser piano dengan tajuk Sumbat yang membuat penonton begitu terpana dengan permainan Slamet Abdul Syukur yang kala itu telah lama tinggal di Perancis.



Beberapa nama lainnya pun turut memiliki andil besar & begitu mempesona masyarakat seperti para sutradara kenamaan yakni Arifin C. Noer, Suyatna Anirun & Teguh Karya.

Ada juga Huriah Adam & Bagong Kusudiardjo yang merupakan seorang koreografer senior, serta para pelukis dengan karyanya yang artistik & nilai estetika yang tinggi mulai dari Trisno Soemardjo, Hendra Gunawan, Affandi, Agus Djaya, S. Sudjojono, Oesman Effendi, Rusli, Rustamadji, serta Mustika.

Perlahan tapi pasti, dalam rentang 20 tahun atau tepatnya dari 1970 hingga 1990an Taman Ismail Marzuki mulai menjadi Arts Center yang dijadikan sebuah tolak ukur serta rujukan bagi seni budaya nasional.

Hal ini tentu memicu para seniman untuk bersaing agar dapat menampilkan karyanya di Taman Ismail Marzuki, untuk mendapatkan pengakuan dari para seniman lainnya yang ada dalam komunitas.

Perjalanan Taman Ismail Marzuki pun kian matang seiring berjalannya waktu, dengan penambahan beragam bangunan yang semakin melengkapi fasilitasnya seperti ruang untuk pameran.

Kemudian ada gedung pertunjukan, plaza, hingga tempat untuk mengenyam pendidikan yang kita kenal dengan nama Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

Karena tempat kesenian di daerah lain masih minim bahkan mungkin tidak ada, Taman Ismail Marzuki akhirnya semakin meroket sebagai pusat pagelaran seni budaya.

Yang paling menonjol & sering muncul di Taman Ismail Marzuki kala itu seperti pertunjukan teater, seni rupa, tari, dan sastra.

Bahkan sastrawan sekaliber WS. Rendra, Umar Wayam yang kala itu Budayawan kondang, serta pengamat sastra seperti HB Jassin turut mematangkan diri ditempat ini.



Planetarium
Pun demikian dengan para actor monolog seperti Putu Wijaya & Butet Kartaredjasa yang masih sering kita lihat penampilannya di layar kaca beberapa tahun terakhir, penyair kondang seperti Jose Rizal Manua & Afrizal Malna.

Serta para pelukis & koreografer kondang turut menambah kematangan ilmunya di Taman Ismail Marzuki.

Sayangnya Tahun 2000 mulai menjadi momok yang menjegal kemajuan Taman Ismail Marzuki, mulai lahirnya pusat seni lain di daerah seperti di Jakarta sendiri dengan Bentara Budaya & Komunitas Salihara.

Demikian pula dengan tahun 2005, boomingnya pasar seni rupa lain, mall, plaza & galeri-galeri baik yang komersial maupun independen dianggap lebih menantang disbanding Taman Ismail Marzuki sehingga semakin memudarkan namanya.

Berita mengenai terbitnya Peraturan Gubernur dengan Nomor 109 pada Tahun 2014 mengenai Pembentukan Organisasi & Tata Kerja dari Unit Pengelola, Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki & pelantikan kepala Unit Pelaksana Teknis untuk Pusat Kesenian Jakarta yang bukan dari kalangan seniman & malah mengambil dari pejabat eselon III tanpa adanya dialog bak sebuah godam yang dihantamkan pada para seniman yang tergabung di komunitas Taman Ismail Marzuki.

Meski tujuannya agar pendanaan yang selama ini dapat lebih jelas & permanen, tidak hanya mengandalkan hibah dari pemprov, namun yang di sayangkan oleh para seniman disini ialah kekhawatiran apabila birokrasi turut campur maka kreatifitas mereka akan dibatasi.

Selain itu Taman Ismail Marzuki selama ini telah dikelola lebih dulu oleh Pusat Kesenian Jakarta & Dewan Kesenian Jakarta. Pemilihan pengurus dari kedua lembaga itupun melalui Akademi Jakarta dari golongan Seniman & masyarakat umum.



Kondisi Dalam Teater
Padahal, mulai tahun 2013, para seniman sudah mulai membuat susunan peraturan daerah mengenai pedoman dasar untuk pembinaan & pengembangan seni budaya di wilayah DKI Jakarta.
Dari situ pun lahir usulan untuk penyusunan sebuah Badan Otorita Khusus untuk Kesenian DKI Jakarta yang bertugas menjadi lembaga pelaksana yang nantinya dibentuk Pemprov DKI. Sayangnya pemprov DKI malah melantik Pejabat Eselon III sebagai kepala UPT.

 

Fasilitas Ada Apa Aja

Sebagai Art Center di Jakarta, tentunya Taman Ismail Marzuki mempunyai beberapa fasilitas yang menunjang untuk beragam keperluan, diantaranya ialah :

 

1. Anjungan ATM

Fasilitas yang satu ini tentunya sangat penting bagi para pengunjung yang kebetulan memang sengaja tidak membawa uang cash maupun kehabisan uang, beberapa gerai yang ada di Taman Ismail Marzuki diantaranya ATM untuk Bank BRI, BNI & Link yang dapat digunakan sebagai ATM Bersama

 

2. Teater Besar

Di Teater yang bernama Teater Jakarta ini, memiliki panggung besar yang berukuran 14 m x 16 m x 9 m. Kapasitas di teater yang memiliki 3 lantai ini sendiri, diklaim mampu menampung hingga 1200 penonton & dilengkapi dengan Ruang VIP, Ruang Ganti, Ruang Rias, Ruang untuk Tiket box, Dock Lipat, Lobby tunggu, Tata cahaya, Tata suara, cctv & pendingin ruangan.
Teater ini dapat beroperasi mulai dari pukul 08.00 hingga 23.00 WIB.

 

3. Graha Bhakti Budaya

Fasilitas yang satu ini biasanya dipergunakan sebagai tempat untuk melangsungkan konser musik seperti Iwan Fals, maupun teater untuk pagelaran seni tradisional & modern, seni tari hingga pemutaran film.

Di Graha Bakti Budaya ini, terdapat panggung berukuran 15 m x 10 m x 6 m, dengan kapasitas penonton sebanyak 811 orang.

Fasilitas lainnya sama dengan Teater besar, hanya perbedaannya di Graha Bakti Budaya ini tidak ada Ruang Vip & Dock lipat namun tersedia BillBoard LED.

Lokasi: Jalan Cikini Raya No.73 RT 8 RW 2 Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat 10330
Map: Klik Disini
HTM: Gratis
Buka Jam Berapa: Senin-Kamis 07.30-16.00 dan Jumat 07.30-16.30 WIB
Telepon: 021 3154087

Share:

0 Comments