Tempat Wisata TMII (Taman Mini Indonesia Indah)
Dalam usianya yang hampir setengah abad, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) masih tetap menjadi salah satu destinasi utama pariwisata Jakarta bahkan Indonesia dengan pengunjung yang tidak pernah sepi setiap harinya, terutama pada musim liburan.
Para wisatawan dari generasi ke generasi yang datang dari seluruh wilayah Indonesia, bahkan mancanegara tersebut datang ke TMII tidak hanya sekedar untuk rekreasi dan menikmati liburan.
Tapi juga menambah wawasan dan pengetahuan tentang adat istiadat, budaya, sumber daya alam, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Indonesia.
Tidak salah jika banyak pengunjung yang mengatakan bahwa alasan mereka datang berkunjung ke TMII adalah untuk mengenalkan Indonesia kepada adik-adik dan anak-anak mereka.
Menumbuhkan rasa cinta tanah air sejak dini kepada anak-anak, melihat benda-benda seni dan budaya, serta flora dan fauna dari seluruh wilayah di Indonesia dan tentunya menikmati sejumlah wahana rekreasi yang tersedia.
TMII memang menghadirkan segalanya, memberi suguhan yang komplit kepada para pengunjung, baik rekreasi dan hiburan, sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan sampai dengan sarana untuk mempertebal rasa cinta tanah air.
Semuanya itu direpresentasikan lewat 34 anjungan rumah adat dari seluruh wilayah Indonesia, bangunan-bangunan keagamaan, 10 taman yang berisi flora dan fauna, 16 museum untuk menambah pengetahuan dan wawasan.
Serta sejumlah wahana rekreasi dan teather sebagai sarana rekreasi dan hiburan.
Dengan suguhan yang komplit tersebut membuat TMII berbeda dari tempat-tempat rekreasi lainnya, tidak hanya di Indonesia tapi juga tidak ada satupun tempat rekreasi di dunia ini yang menyamainya.
Itulah alasan utama mengapa TMII senantiasa mampu merebut hati wisatawan untuk datang dan berkunjung.
Sejarah TMII
TMII yang menempati lahan seluas 150 hektar atau sekitar 1,5 km2 merupakan bagian dari wilayah Kota Jakarta Timur yang berada pada titik koordinat 6°18′6.8″LS, 106° 53′47. 2″BT.Gagasan mendirikan TMII sebagai miniatur Indonesia dengan segala isinya dicetuskan oleh Siti Hartinah yang lebih dikenal dengan Ibu Tien Soeharto, istri dari presiden kedua RI, pada saat Soeharto menyampaikan pidatonya di hadapan para anggota DPR GR pada tahun 1971.
Gagasan tersebut selanjutnya dipaparkan oleh Menteri Dalam Negeri Amir Mahmud dengan didampingi Ibu Tien Soeharto pada penutupan rapat kerja di Istana Negara yang dihadiri para Gubernur, Bupati dan Walikota dari seluruh Indonesia.
Sebelum akhirnya keluar surat keputusan resmi dari pemerintah yang menunjuk Nusa Consultans untuk membuat study kelayakan dan rencana induk.
Tiga setengah bulan kemudian tugas tersebut selesai dirampungkan dan ditindaklanjuti dengan proses pembangunan yang dimulai pada tanggal 30 Juni 1972.
Pembangunanpun dilakukan setahap demi setahap hingga akhirnya rampung secara total dan diresmikan langsung oleh Ibu Tien Soeharto pada 20 April 1975.
Meski telah dibuka untuk umum, proses pembangunan dan penambahan fasilitas masih terus dilakukan, bahkan sampai sekarang.
Itu sebabnya jika pada saat diresmikannya TMII hanya ada 27 Anjungan Rumah Adat, seiring dengan dilakukannya pemekaran wilayah dan bertambahnya jumlah propinsi di Indonesia, membuat Anjungan Rumah Adat di TMII pun kini bertambah menjadi 33 Rumah Adat.
Sementara untuk maskot TMII, baru diresmikan pada ulang tahun TMII yang ke-16 atau saat peringatan dwi windu usia TMII yaitu pada tahun 1991.
Maskot TMII tersebut bernama NITRA yang merupakan kependekan dari Anjani Putra berbentuk tokoh wayang yang cukup akrab di mata masyarakat Indonesia, yaitu Hanoman.
Keanekaragaman Indonesia
Dengan area yang begitu luas dan wahana yang begitu beragam, waktu 1 – 2 hari tidak cukup untuk berkeliling dan mengunjungi serta menikmati setiap sudut TMII.Begitu pula untuk menceritakannya secara detail, butuh buku tersendiri karena memang cukup banyak hal-hal yang dapat ditulis dari TMII.
Namun untuk memberi gambaran secara singkat, agar dapat menikmati TMII secara utuh, perjalanan berkeliling TMII setidaknya harus mengunjungi 5 area utama, yaitu Anjungan Daerah, Taman Rekreasi, Bangunan Tempat Ibadah, Museum dan Wahana Rekreasi.
1. Anjungan Daerah
Anjungan daerah menempati area yang mengelilingi sebuah danau Arsipel Indonesia, dimana di tengah danau tersebut terdapat pulau-pulau mini dengan bentuk menyerupai kepulauan Indonesia.Sebanyak 33 Anjungan Daerah dibangun berderet untuk melambangkan persatuan dan kesatuan Indonesia.
Setiap anjungan berisi bangunan rumah adat dari setiap propinsi yang ada di Indonesia dengan ciri arsitektur tradisional sebagaimana rumah adat asli yang ada di propinsi tersebut.
Baik dari bentuk, ukuran, bagian atap, pintu dan jendela, susunan ruang, ragam hias dan sebagainya.
Bahkan rumah adat yang ada di TMII tersebut sebagian berupa rumah adat asli propinsi yang bersangkutan, karena dibawa langsung dalam bentuk utuh dari daerah asalnya.
Seperti Rumoh Aceh Cut Meutia yang diusung dalam bentuk utuh dari daerah asalnya di Nangroe Aceh darussalam.
Setiap propinsi terdapat sekurang-kurangnya 3 rumah adat yang digunakan sebagai tempat peragaan serta pameran berbagai macam pakaian adat, hasil kerajinan, peralatan seni, hasil budaya dan berbagai benda bersejarah warisan bangsa yang ada di setiap propinsi.
Dengan adanya Anjungan Daerah yang meliputi rumah adat serta segala sesuatu yang berhubungan dengan masing-masing propinsi, akan memberikan informasi yang berharga bagi masyarakat tentang keanekaragaman Indonesia.
Serta mengenalkan kepada generasi muda bentuk adat dan budaya serta rumah adat di tempat asal mereka masing-masing.
2. Taman Rekreasi
Terdapat 9 Taman Rekreasi di TMII yang terbagi atas 3 kategori, yaitu 2 Taman Monumental berupa Monumen Persahabatan Negara Non Blok dan Prasati APEC, 4 Taman Flora yang terdiri dari Taman Legenda Keong Mas, Taman Kaktus, Taman Melati dan Taman Apotik Hidup.Lalu 5 Taman Fauna yang terdiri dari Taman Kupu, Taman Reptilia, Taman Bekisar, Taman Burung dan Dunia Air Tawar serta 1 Taman Budaya yaitu Taman Budaya Tionghoa. Berikut penjelasan singkat dari beberapa taman rekreasi tersebut:
- Taman Prasasti Apec
Prasasti tersebut terletak di bawah bangunan pendapa beratap joglo.
- Monumen KTT Non Blok
Di area monumen ditanam 108 pohon persahabatan dan pohon-pohon tersebut terdiri dari beragai jenis untuk melambangkan 108 negara yang menjadi bagian dari negara-negara Non Blok.
Area di sekitar monumen yang cukup luas membuat tempat ini kerap dijadikan sebagai tempat untuk menggelar pameran, konferensi sampai dengan pagelaran musik.
- Taman Kaktus
Spesies kaktus dan sukulen dari luar negeri yang ada di Taman Kaktus.
Diantaranya adalah Melocactus dan Echimocactus Grusonii dari Jepang, Opuntia Microdasys dari Meksiko, Gimnogayumus Hibotan dan Agave Parasana dari Belgia, dan masih banyak lagi yang lain, termasuk Cleistocactus stausil yang tingginya sekitar 10 meter.
- Taman Apotek Hidup
Tanaman obat tersebut terbagi atas 3 jenis, yaitu tanaman obat yang sudah dibudidayakan seperti jahe, kumis kucing, kunyit dan daun siri, tanaman langka.
Seperti Kedawung (Parkia Bigtobosa Auct) dan Kayu Rapet ( Parameria Barbata Schum) serta tanaman obat yang tengah dalam proses penelitian seperti Telosom (Talinum Paniculatum).
Selain berupa taman, area ini juga dilengkapi Gaaleri Jamu Herbal, tempat spa dan massage serta fasilitas function hall. Pengunjung dapat menikmati seluruh fasilitas tersebut termasuk membeli bibit tanaman obat dengan harga yang terjangkau.
- Taman Melati
Fasilitas yang ada tersebut kerap dimanfaatkan untuk menggelar pertemuan dan pesta kebun denan kapasitas 500 orang. Awalnya tempat ini merupakan tempat pembibitan aneka bunga.
Bersamaan dengan ditetapkannya melati sebagai puspa bunga atau bunga nasional pada tahun 1994, tempat inipun berubah fungsi menjadi Taman Melati yang mengoleksi dan membudidayakan berbagai jenis melati dan tanaman hias lainnya.
- Dunia Air Tawar
Taman akuarium ini dilengkapi sejumlah fasilitas, seperti museum, auditorium, perpustakaan, akuarium raksasa, Lorong Gurame, Pojok Reptilia serta Ruang Karantina.
Yang berfungsi sebagai tempat pengembangbiakan koleksi dan menampung serta memperjualbelikan hasil dari petani kepada pengunjung masyarakat umum hingga eksportir.
- Taman Bekisar
Mulai dari pembudidayaan, penangkaran, sarana perawatan, mesin penetas, latihan lomba sampai dengan pelaksanaan lomba Ayam Bekisar, mulai dari taraf Nasional hingga internasional.
Ayam Bekisar sendiri merupakan ayam hasil perkawinan silang antara ayam kampung betina (Gallus Domestica) dengan ayam hutan jantan (Gallus Varius).
Sehingga menghasilkan Ayam Bekisar yang memiliki tubuh tegap berbulu indah dan mengkilat dengan bentuk pial yang indah dan memiliki suara yang merdu.
- Taman Burung
Sebanyak 175 jenis burung dengan jumlah mencapai ribuan ekor membuat Taman Burung tercatat memiliki koleksi burung terlengkap di Indonesia.
Taman Burung juga difungsikan sebagai loka bina masyarakat perburuan. Itu sebabnya taman ini kerap menggelar lomba anak-anak agar mereka lebih mengenal dunia burung, dijadikan sebagai ajang untuk lomba burung dan sebagai tempat penelitian mahasiswa.
Sebanyak 100 lebih jenis burung berhasil dikembangbiakkan di tempat ini, 30 jenis diantaranya masuk kategori burung langka dan dilindungi.
- Taman Budaya Tionghoa
Nuansa khas etnik China tersebut dapat dilihat melalui desain arsitektur bangunan, bentuk taman, artefak, foto-foto serta yang lain.
Di area kompleks taman ini dapat ditemui kompleks perkampungan kecil masyarakat Tionghoa yang populer disebut Pecinan dengan berbagai pernak-perniknya yang didominasi warna keberuntungan menurut kepercayaan etnik Tionghoa, yakni warna merah serta kuning emas.
Terdapat pula properti khas China lainnya seperti Jembatan Batu Sampek Eng Tay, Patung Dewi Bulan, Museum Laksamana Ceng Ho, Gazebo Danau, Patung Kwan Kong dan Sepasang Tiang Naga.
3. Bangunan Tempat Ibadah
Didirikannya bangunan-bangunan tempat ibadah berbagai agama yang diakui di Indonesia menyiratkan pesan tentang kerukunan antar umat beragama di Indonesia yang sudah berlangsung sejak berabad-abad yang lalu.Beberapa bangunan tempat ibadah di TMII diantaranya adalah:
- Masjid Pangeran Diponegoro
Lantai satu dimanfaatkan untuk tempat jamaah, kamar mandi dan tempat wudlu, perpustakaan, ruang tunggu serta dapur dan gudang, sedang lantai dua digunakan untuk mihrab serta tempat imam dan khatib.
Selain dipakai untuk kegiatan rutin keagamaan, masjid ini juga kerap digunakan untuk pelaksanaan akad nikah berikut acara tasyakuran.
Baik digelar secara sederhana maupun dengan pesta yang agak meriah, karena bagian depan masjid dapat didirikan tenda untuk acara resepsi.
- Wihara Arya Dwipa Arama
Berbentuk setengah lingkaran dengan dominasi warna kuning emas, bangunan wihara dikelilingi kolam sehingga selain mempercantik sisi eksterior juga menciptakan suhu dingin di dalam ruangan tempat beribadah.
Wihara ini tidak hanya melayani umat pada saat hari-hari besar saja, tapi juga terbuka untuk pelaksanaan ibadah rutin.
- Gereja Katolik Santa Catharina
Bentuk bangunan dibuat menyerupai Gereja Santa Catharina yang ada di Surabaya dengan gaya arsitektur khas Roma Kuna namun menggunakan atap bercirikan bangunan tradisional Jawa.
Gereja ini terdiri atas 2 bagian, yaitu bangunan utama dan aula. Bangunan utama difungsikan untuk ruang jemaat dan ruang pengampunan sedangkan aula digunakan untuk ruang pastor, kantor, perpustakaan, dan toilet.
- Gereja Kristen Protestan Haleluya
Desain arsitektur gereja merupakan perpaduan Gaya Barat di era tahun 1930-an dengan dinding luar berbahan keramik berwarna putih.
Disamping untuk kebaktian, Gereja Haleluya juga dimanfaatkan untuk pemberkatan pernikahan dan berbagai kegiatan keagamaan, seperti perayaan Natal, Paskah dan berbagai kegiatan keagamaan lainnya.
- Pura Penataran Agung Kertabumi
Bagian bangunan terdiri atas pintu masuk saat upacara yang diberi nama gerbang utama Candi Bentar, Balai Gong untuk pertunjukan kesenian, Balai Kul-kul sebagai tempat kentongan,serta Padu Rasa dan Altar Pad Masana untuk tempat pemujaan.
Lokasi: Jakarta Timur, Provinsi DKI JKT
Map: Klik Disini
HTM: Rp.10.000
Buka Tutup: 07.00 – 22.00 WIB
Telepon: 021 87792078
0 Comments